Kembali masalah waktu , ketika keinginan tetap berada dalam zona nyaman, enggan berpindah ke zona yang lain apalagi diminta membangun zona nyaman yang baru. Mengapa selalu waktu yang seakan bersalah, telah mempertemukan, mempersatukan, juga yang memisahkan. Selalu waktu yang jadi objek pertanyaan, mengapa begitu cepat berlalu... selalu waktu yang disudutkan jika tertoreh luka sesal akibat suatu keputusan...
Manusiawi lah semuanya jika hal di atas terjadi dalam kehidupan, berbicara tentang waktu dan hidup, waktu itu adalah hidup itu sendiri.
Masa kecil manusia dihadapkan pada kehidupan serba "belum bisa", ingin makan, minum, berjalan, bahkan berkata bukan sesuatu yang mudah. Masa sekolah_remaja manusia dihadapkan hal2 baru yang menuntut filter diri untuk kuat2 agar bisa bertahan menjadi orang baik. Masa sekolah_remaja terbilang cukup lama dilalui umumnya manusia. hidupnya pada masa ini dihabiskan untuk menemukan dan mencoba hal baru, mencari jati diri dan memulai membangun karakter pribadi. sebagian besar waktunya dihabiskan di lingkungan pendidikan_sekolah. Bermain dengan miniatur kehidupan dalam lingkup kecil_sekolah, kampus. Selepas itu masuklah ke tahap kehidupan sebenarnya. Ajang pertarungan ideologi dan iman berbentur dengan reality. Disinilah manusia dituntut untuk BERANI.
Ku sebut itu BERANI EMPAT :
1. BERANI Keluar_Ekspansi, hidup tak selebar daun kelor, berani ekspansi dari zona nyaman ke zona baru merupakan langkah awal
2. BERANI Beda. Menjadi berbeda dari yang lain adalah wujud keberanian selanjutnya. Akan terasa mudah untuk menjadi berbeda di lingkungan sekondusif kampus atau sekolah. namun akan sulit menjadi berbeda di lingkungan yang belum kondusif_heterogen. harus kuat mempertahankan idelaisme namun tidak apatis apalagi ekslusif dengan lingkungan sekitar. Istiqomah. itu kuncinya.
3. BERANI Cepat. Cepat sadar akan perubahan dunia, cepat tanggapi sesuatu yang berbeda dari sebelumnya, cepat mengambil kesempatan, cepat dewasa menghadapi ujianNya
4. BERANI Melawan. Tiga poin di atas menitikberatkan pada langkah kita dalam bertindak, bertahan dan berusaha, Grow.... Di poin terakhir ini lah titik berat lebih kepada perlawanan kita kepada apapun yang mengahadang dan mungkin menghambat kita untuk grow.. LAWAN !!! makan kau akan MENANG !!!
Itulah Emapat Berani yang perlu di miliki dan ditanamkan kuat2 sejak dini untuk bekal menuju kehidupan nyata pasca keluar dari zona nyaman_bagi saya mungkin dunia kampus. semoga bermanfaat untuk saya pribadi dan juga untuk teman2 yang membacanya.
Selayang Pandang
Blog ini berisi tulisan-tulisan perjuangan seorang anak manusia demi menggapai impiannya. Berbagai hikmah yang Ia temukan terangkum dalam barisan huruf-huruf menjadi sebuah kata demi kata dalam kalimat-kalimat yang berkembang menjadi paragraf-paragraf panjang...
Sabtu, 28 Juli 2012
Rabu, 18 Juli 2012
Menjemput hari bahagia
Lama ku nanti, waktu ini sangat sangat ku nanti. Inginku melompat dan bersorak agar semua orang tau, bahwa kini kau datang. kau yang selama ini memenuhi benak hingga sempit hatiku memikirkan perjumpaan ini. Akhirnya kau datang. Hampir putus harapanku bisa bertemu, namun keyakinan akan kuasaNya membulatkan tekad tuk terus menunggu. Dalam penantian ku siapkan diri, ku ingati indahnya saat bersua denganmu, ku tanamkan selalu harap itu dan kujaga dalam hati. Andai tingginya gunung bisa mengumpamakan rindu ini, mungkin juga sepadan dengan luasnya samudra rinduku ini. Andai bisa kupinta padaNya, untuk panjangkan umurku hingga saat ku jumpa denganmu, lalu ku tak kan pinta waktu lagi setelah itu. Biar ku jumpa dengan dirimu dan bawalah aku bersamamu. Wahai kau yang teristimewa diantara yang lain.. sudikah kiranya Engkau wahai bulan yang suci, yang selalu dinanti, selalu dirindu... sudikah engkau mampir kembali dalam hidupku di tahun ini. dan rela diri ini sekiranya setelah perjumpaan denganmu tak ada lagi masa untukku.
Betapa ramadhanMu selalu syahdu mengisi relungku. Betapa nikmat ramadhanMu yang selalu ingin kusyukuri. Setiap detik, setiap saat selalu ingat dan rindu perjumpaan ini. Beraat rasanya berpisah setelah bertemu. Inginnya kuhabiskan waktuku hanya bersamamu, di bulan yang nilainya seribu bulan ibadah. Tak ada yang bisa menggantikan nikmatnya bernafas, tidur dan beraktivitas yang bernilai ibadah, hanya di bulanMu ini, ramadhan sayang...ramadhan yang ku cinta. Jangan cepat berlalu ... biarkan ku lekat dalam lena ibadahku, biarkan ku larut dalam syahdu iman ke Tuhanku. Jadikan diri ini lebih bertakwa sepeninggalmu. Jadikan hidupku berlimpah berkah karena cahayaMu.
Marhaban yaa Syahrush shiaam... marhaban yaa syahru ramadhan..
Betapa ramadhanMu selalu syahdu mengisi relungku. Betapa nikmat ramadhanMu yang selalu ingin kusyukuri. Setiap detik, setiap saat selalu ingat dan rindu perjumpaan ini. Beraat rasanya berpisah setelah bertemu. Inginnya kuhabiskan waktuku hanya bersamamu, di bulan yang nilainya seribu bulan ibadah. Tak ada yang bisa menggantikan nikmatnya bernafas, tidur dan beraktivitas yang bernilai ibadah, hanya di bulanMu ini, ramadhan sayang...ramadhan yang ku cinta. Jangan cepat berlalu ... biarkan ku lekat dalam lena ibadahku, biarkan ku larut dalam syahdu iman ke Tuhanku. Jadikan diri ini lebih bertakwa sepeninggalmu. Jadikan hidupku berlimpah berkah karena cahayaMu.
Marhaban yaa Syahrush shiaam... marhaban yaa syahru ramadhan..
Senin, 16 Juli 2012
Kangen Tingkat Bidadari
Pengen nulis...
judulnya--> "Kangen Tingkat Bidadari"
Tiba-tiba alias ujug-ujug aja ngerasa kangen.... banget. makanya
ujug-ujug juga cari2 video tentang sahabat. kenapa coba? kangen
dibilang.
udah... mulai puitis ah...
Kawan, hati ini bagaikan kuncup, dan senyum ini lah perekahnya.
Indahnya diksi dan puitisnya kata-kata mungkin hanya sekelumit ekspresi
semata. Namun dalamnya rasa di dada tak dapat terlukis indahnya.
Hari-hari menjelang berpisah sedikit tak terasa menyakitkan, karena
kesibukan. Kini usai semua itu tinggallah diuji kesabaran. masihkah
tersenyum saat waktu semakin merangkak ke akhirnya, masihkah tertawa
saat hari makin terasa cepat berlalunya.
Tinggal menunggu kabar
gembira dari pejuang2 tingkat akhir untuk kemudian kita semua kehilangan
kesempatan bersama, tinggal menanti waktu masing2 menjemput cita untuk
kemudian terpisah kota bahkan benua, tinggal tunggu masa hidup indah
bersama masing2 pasangan setia untuk kemudian membangun peradaban di
masing2 bumi yang dipijaknya. Hanya tinggal menunggu...
Berusaha
tersenyum dan melegakan nafas jika sesekali ingatan berpisah itu muncul.
Bahagia melihat kesuksesan bersama, tlah lulus dan sukses bersama,
bukan berarti hati ini mudah menerima. Menerima untuk tak saling sapa,
salam, senyum dalam waktu yang lama. Bercerita, bercanda dan bermain
untuk sekedar menghibur hati diantara kita yang berduka.
Tuhanku Maha Pemurah, Ia kan kabulkan apa yang ku minta.
Mungkin menjadi naif jika ku pinta tuk selalu bersama, terlalu sadis
jika kupinta mereka selalu ada, terlalu ironis jika bahagia selalu
dibayar dengan pahitnya perpisahan.
Tuhan, ku hanya meminta selalu ada aku disetiap sudut ruang terkecil dalam hatinya. hanya kupinta sudut hatinya.
Tuhan, ku hanya ingin ada namaku disela panjangnya do'a yang mereka panjatkan.
Tuhan, hanya ku pinta jagalah mereka selalu dalam iman Islam, kesehatan jasad dan ruhiyaih, serta bahagiakan hidupnya.
Kutitipkan pertemuan agung bersamaMu kelak di sana, pertemuan bersama mereka di jannah yang kau janjikan.
Amiin...
Selasa, 03 Juli 2012
Mu'adz bin Jabal
#Kejadian Bai'at Aqobah
Mu'adz bin jabal adalah salah seorang yang ikut rombongan hijrah menuju madinah yang dipimpin oleh Mu'adz bin Umair. Motivasi Mu'adz bi jabal ikut dalam rombongan tersebut karena inginnya bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. selama ini Mu'adz bin jabal hanya mendengar kisah tentang rasulullah dari Mu'adz bin Umair. dan hanya dari cerita2 Umair, kecintaan kepada rasulullah tertanam kuat dalam diri Mu'adz bin jabal. hingga sampai di madinah dan bertemu dengan rasulullah untuk pertama kalinya, Mu'adz bin jabal tanpa ragu mengulurkan tangan kanannya kepada rasul. dan disitulah Mu'adz bin jabal berbai'at di hadapan rasulullah, tepatnya di bukit aqobah. oleh karena itu, kejadian ini diabadikan dalam kisah bersejarah yaitu Bai'at Al Aqobah. Mulai saat itu Mu'adz tak pernah melewatkan setiap ta'lim (kajian ilmu) rasulullah saw. Mu'adz bin jabal menjadi pemuda pertama yang paling pintar dan paling hafal Al-Qur'an. sehingga banyak pemuda lainyang belajar Al-Qur'an padanya. karena kecintaannya pada kekasih Allah, pemuda ini berhasil mengaktualisasikan ilmunya di jalan Allah.
Mu'adz bin jabal seorang pemuda yang berilmu, dengan ilmu dan imannya kepada Allah, dan cintanya pada Rasulullah ia tampil sebagai sahabat nabi yang istiqomah dan mulia.
Mu'adz bin jabal adalah salah seorang yang ikut rombongan hijrah menuju madinah yang dipimpin oleh Mu'adz bin Umair. Motivasi Mu'adz bi jabal ikut dalam rombongan tersebut karena inginnya bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. selama ini Mu'adz bin jabal hanya mendengar kisah tentang rasulullah dari Mu'adz bin Umair. dan hanya dari cerita2 Umair, kecintaan kepada rasulullah tertanam kuat dalam diri Mu'adz bin jabal. hingga sampai di madinah dan bertemu dengan rasulullah untuk pertama kalinya, Mu'adz bin jabal tanpa ragu mengulurkan tangan kanannya kepada rasul. dan disitulah Mu'adz bin jabal berbai'at di hadapan rasulullah, tepatnya di bukit aqobah. oleh karena itu, kejadian ini diabadikan dalam kisah bersejarah yaitu Bai'at Al Aqobah. Mulai saat itu Mu'adz tak pernah melewatkan setiap ta'lim (kajian ilmu) rasulullah saw. Mu'adz bin jabal menjadi pemuda pertama yang paling pintar dan paling hafal Al-Qur'an. sehingga banyak pemuda lainyang belajar Al-Qur'an padanya. karena kecintaannya pada kekasih Allah, pemuda ini berhasil mengaktualisasikan ilmunya di jalan Allah.
Mu'adz bin jabal seorang pemuda yang berilmu, dengan ilmu dan imannya kepada Allah, dan cintanya pada Rasulullah ia tampil sebagai sahabat nabi yang istiqomah dan mulia.
Senin, 02 Juli 2012
Allah Sumber Kebahagiaan
Kebahagiaan itu sumbernya Allah swt. Sumber kebahagiaan adalah bukan terletak pada perut kita, bukan yang ada pada garasi rumah kita, bukan pula yang ada di samping tempat tidur kita (pasangan kita). Adapun yang kita miliki, mobil, perhiasan, pasangan bisa mendatangkan kebahagiaan. Tapi sifatnya bukan sebagai Source (Sumber) kebahagiaan, melainkan hanya waashilah (jalan) turunnya kebahagiaan. ibarat air, harta dan yang dimiliki manusia yang bisa membuatnya bahagia adalah sebuah pipa. sumber mata airnya tetap Allah swt.
Kebahagiaan timbul dengan jalan bertaubat. taubat bisa membuat 'pipa' itu bersih dari noda dosa, sehingga ketika Allah mengalirkan sumber kebahagiaan, lacar alirannya. Jalan taubat adalah dengan penyesalan. Rasa sesal yg terdalam dalam taubat ini adalah rasa sesal akan dosa yang pernah dilakukan. Tata cara bertaubat yang benar2 menyesali kesalahan kita adalah bertaubat tanpa adanya syirik terhadap Allah. sedikit saja ada syirik yang ada dihati kita saat kita bertaubat, maka taubat itu akan tersangkut, tak sampai padaNya.
Syirik, bisa berupa syikir yang lembut sekali bentuknya. contoh mudahnya, menggantungkan diri dan hidup kita pada selain Allah. mengharap bahagia karena sesuatu hal, misal menginginkan bahagia lewat uang, harta, jabatan, gelar, dsb.
Allah swt maha tau kebahagiaan seperti apa yang terbaik untuk manusia.
"jika engkau hidup mengejar dunia maka engkau akan jadi budak dunia, namun jika engkau hidup mengejar Allah maka dunia akan datang dengan hina." (Hadits.....)
Dunia hanya tipuan, tipuan untuk si miskin, dan tipuan untuk si kaya agar kufur nikamat.
Jika kita mengerti kebahagiaan datangnya dari Allah dan keburukan juga datangnya dari Allah. maka kita akan jadi mati rasa terhadap dunia. mati rasa artinya, mati rasa terhadap nikmat dunia maupun musibah di dunia. Dan akhirnya efek mati rasa pada dunia ini, kita jadi tidak gampang kecewa.
Azdab Cinta Allah Part
#Mengimani Allah dengan benar
Al-Maidah(5) : 76 --> Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak
dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat?" Dan Allah-lah
Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
#Mengimani Adzab Allah sebagai akibat dari perbuatan diri kita sendiri
An-Nisaa (4) : 79 --> Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul
kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.
Fushshilat (4) : 16 --> Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan Sesungguhnya siksa akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan.
Fushshilat (4) : 16 --> Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan Sesungguhnya siksa akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan.
Allah menurunkan adzab akibat perbuatan kita sendiri, Allah ingin menunjukkan pada manusia balasan dari perbuatan manusia di dunia, dan di akhirat adzab Allah lebih pedih
Az-Zukhruf (43) : 48 --> Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab[1359] supaya mereka kembali (ke jalan yang benar). Adzab di footnote tersebut ulama sepakat berpendapat adalah adzab di dunia, seperti kurang makanan, dsb. Jadi Allah memberikan adzab pada manusia adalah karna Allah ingin kita kembali ke jalan yg benar. sesungguhnya Allah senantiasa mencukupkan washilah untuk mendapatkan surga, tinggal bagaimana kita menerima sinyal petunjuk Allah dan menjalankannya. Itulah bentuk cinta Allah pada hambaNya. Allah ingin hambaNya kembali pada kebenaran.
Az-Zukhruf (43) : 48 --> Dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. Dan Kami timpakan kepada mereka azab[1359] supaya mereka kembali (ke jalan yang benar). Adzab di footnote tersebut ulama sepakat berpendapat adalah adzab di dunia, seperti kurang makanan, dsb. Jadi Allah memberikan adzab pada manusia adalah karna Allah ingin kita kembali ke jalan yg benar. sesungguhnya Allah senantiasa mencukupkan washilah untuk mendapatkan surga, tinggal bagaimana kita menerima sinyal petunjuk Allah dan menjalankannya. Itulah bentuk cinta Allah pada hambaNya. Allah ingin hambaNya kembali pada kebenaran.
As-Sajdah (32) : 21--> Dan Sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di
dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali
(ke jalan yang benar).
Al-An'am : 44 --> Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka,
Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila
mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa
mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Hal ini namanya Istidraj, Allah membiarkan hambaNya dalam kesesatan. Bentuk2 adzab Allah bermacam-macam. Tidak hanya berupa bencana, atau kekurangan. Contoh, di suatu peradaban ada yang terbiasa berbuat zina, berleha-leha dengan kemaksiatan, dan dibiarkan oleh Allah (hidupnya tenang2 aja). Ingatlah ! mungkin itu salah satu adzab Allah.
Kesimpulan :
> Mengimani Allah dengan benar --> Allah sumber kebaikan, Allah sumber keburukan. Laa haulaa wa laa quwwata illaa billah..
Minggu, 01 Juli 2012
Masa-masa akhir
Disela-sela
latihan sidang, rasa haru menelisik hati ini, kala selepas solat
kupandang rindang pepohonan di luar jendela. menerawang... kembali ke
masa silam. Pohon itu dan kamar ini terasa penuh kenangan, tepatnya
gedung ini, sarat akan kenangan kebersamaan.
Apa yang kuhadapi
besok mungkin tak lebih menyeramkan dari kenyataan lain yang harus aku
terima setelah lewati hari esok. Kenyataan kehilangan orang2 yang selama
ini mengisi hari2 dengan senyuman. Kenyataan berpisah dengan suasana
teduhnya ukhuwah dan guyubnya berkumpul bersama diskusi keilmuan.
Masa-masa menjelang akhir.. Tak terasa,, kamar2 yg dulu ramai akan jadi sunyi, bukan hanya sunyi
karena liburan, namun sunyi karena ditinggalkan penghuninya untuk
selamanya. asrama ku sayang, asrama ku penuh kenangan. hidup ini terasa
singkat kala mengenang indahnya kebersamaan, sejenak melupakan kepenatan
hanya dengan mengingat senyum dan canda kalian. selamanya tak kan
terlupa, kan ada sepanjang usia. meski raga tak mungkin selamanya setia
berjanji untuk berjumpa, namun jiwa ini senantiasa berdoa, agar kelak
disatukan kembali di surgaNya. bersama kalian orang2 yang ku cinta.
Orang2 yang selalu haus akan cinta TuhanNya.
Selasa, 26 Juni 2012
Hanya Ingin Menulis
Bismillah...
Aku hanya ingin menulis...
aku ingin bersama kalian, taukah kalian aku sangat ingin ada di tengah2 kalian. namun hati ini tiba2 ragu, kenapa hati ini rasanya sakit saat ingin bersama kalian. aku tak bisa bukan karena aku tak ingin, bukan karena aku benci kalian, tapi karena aku takut. aku takut kelak waktunya datang, aku harus berpisah dari kalian, harus pergi jauh dari kalian... betapa tak bisa ku bayangkan jika harus terpisah lama dari kalian, tanpa kabar dari kalian, tanpa tau keadaan kalian... Ingin di waktu2 terakhir ini menghabiskan waktu bersama kalian, namun hati ini benar2 tak mau berpisah. terabayang kelak ku hanya bisa memandang kalian dalam potret. terbayang ku hanya bisa mendengar lagu2 nasyid haroki untuk mengenang kalian. Yaa Rabb... aku ingin tetap bersama teman2 seperjuanganku yang sholih/at. namun masaMu jua harus berlalu dan terlewati. hanya padaMu ku titipkan rinduku ini, rinduku untuk sahabat2 tercinta, cintaku untuk dakwah ini. cinta sebagai ADK Polban...
-Salam rindu dan cinta ku untuk sahabat2 ku-
Aku hanya ingin menulis...
aku ingin bersama kalian, taukah kalian aku sangat ingin ada di tengah2 kalian. namun hati ini tiba2 ragu, kenapa hati ini rasanya sakit saat ingin bersama kalian. aku tak bisa bukan karena aku tak ingin, bukan karena aku benci kalian, tapi karena aku takut. aku takut kelak waktunya datang, aku harus berpisah dari kalian, harus pergi jauh dari kalian... betapa tak bisa ku bayangkan jika harus terpisah lama dari kalian, tanpa kabar dari kalian, tanpa tau keadaan kalian... Ingin di waktu2 terakhir ini menghabiskan waktu bersama kalian, namun hati ini benar2 tak mau berpisah. terabayang kelak ku hanya bisa memandang kalian dalam potret. terbayang ku hanya bisa mendengar lagu2 nasyid haroki untuk mengenang kalian. Yaa Rabb... aku ingin tetap bersama teman2 seperjuanganku yang sholih/at. namun masaMu jua harus berlalu dan terlewati. hanya padaMu ku titipkan rinduku ini, rinduku untuk sahabat2 tercinta, cintaku untuk dakwah ini. cinta sebagai ADK Polban...
-Salam rindu dan cinta ku untuk sahabat2 ku-
Makna Iyyaa kana' budu wa iyyaa kanas ta'iin
Makna Iyyaa kana' budu wa iyyaa kanas ta'iin dalam surat Al-Fatihah adalah mencerminkan seorang muslim yang memiliki pribadi yang utuh. memiliki pribadi yang utuh sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah. Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Ibrahim : 24-25 menjelaskan perumpamaan seorang muslim ibarat sebuah pohon. Jadilah kau seorang muslim ibarat pohon. akarnya menancap kuat ke dalam tanah, batangnya tumbuh tinggi menjulang ke langit, daunnya lebat dan yang paling penting adalah menghasilkan buah yang baik dan manis. Muslim yang baik adalah yang bercermin pada QS. Al-Baqoroh :24-25, yaitu :
1. 'Akar' imannya menancap kuat dalam hati sanubari
2. 'Batangnya' atau potensnya tampak, tumbuh, tinggi menjulang ke langit (terlihat)
3. 'daunnya rimbun', artinya meneduhkan, menjadi tempat berteuduh burung2 kecil. Maksudnya jadilah kau 'rimbun', bermanfaat bagi orang lain, membuat orang lain bahagia.
4. 'berbuah manis', manusia yang berarti adalah manusia yang menghasilkan sesuatu yang berguna untuk sekitarnya, buah yang manis menggambarkan sesuatu yang bisa wariskan untuk generasi setelahnya.
Allah telah berikan modal pada masing2 diri seseorang, maka tugas manusia adalah memanfaatkan modal tersebut untuk mendapatkan hidup yang indah.
Rawatlah pohon cinta Allah yang ada pada diri kita, jagalah pohon itu, siramilah dengan rahmat Allah swt dan sinarilah dengan cahaya cintaNya.
1. 'Akar' imannya menancap kuat dalam hati sanubari
2. 'Batangnya' atau potensnya tampak, tumbuh, tinggi menjulang ke langit (terlihat)
3. 'daunnya rimbun', artinya meneduhkan, menjadi tempat berteuduh burung2 kecil. Maksudnya jadilah kau 'rimbun', bermanfaat bagi orang lain, membuat orang lain bahagia.
4. 'berbuah manis', manusia yang berarti adalah manusia yang menghasilkan sesuatu yang berguna untuk sekitarnya, buah yang manis menggambarkan sesuatu yang bisa wariskan untuk generasi setelahnya.
Allah telah berikan modal pada masing2 diri seseorang, maka tugas manusia adalah memanfaatkan modal tersebut untuk mendapatkan hidup yang indah.
Rawatlah pohon cinta Allah yang ada pada diri kita, jagalah pohon itu, siramilah dengan rahmat Allah swt dan sinarilah dengan cahaya cintaNya.
Kamis, 21 Juni 2012
Generasi Akhir Zaman
By : Kang Rendy@Darul Shabab
Zaman dibagi tiga masa :
1. Zaman Kenabian (Nubuwwah)
2. Zaman Khulafa'ur Rasyidin
3. Zaman Kebangkitan
#Ciri-ciri Generasi pengganti
- Generasi yang mencintai Allah dan dicintai Allah. Berdasarkan ilmu tasawuf, generasi yang dicintai Allah adalah para wali Allah.
- Generasi yang keras terhadap mempertahankan izzah Islamnya. Yang memperkenalan Islam dengan keberdayaannya, izzah (harga diri) sebagai seorang Muslim. Izzah berperan dalam berdakwah.
- Generasi jihad
- Generasi ahli sabar. generasi yang sering dicela, dicaci, dan dihina saat berbuat baik.
Agar kita termasuk generasi pengganti maka kita harus meniti jalan orang-orang yang dicintai Allah dan Allah mencintainya, para wali Allah .
Firman Allah --> Katakanlah (Muhammad) jika ingin Allah mencintaimu maka ikutilah Aku
Zaman dibagi tiga masa :
1. Zaman Kenabian (Nubuwwah)
2. Zaman Khulafa'ur Rasyidin
3. Zaman Kebangkitan
#Ciri-ciri Generasi pengganti
- Generasi yang mencintai Allah dan dicintai Allah. Berdasarkan ilmu tasawuf, generasi yang dicintai Allah adalah para wali Allah.
- Generasi yang keras terhadap mempertahankan izzah Islamnya. Yang memperkenalan Islam dengan keberdayaannya, izzah (harga diri) sebagai seorang Muslim. Izzah berperan dalam berdakwah.
- Generasi jihad
- Generasi ahli sabar. generasi yang sering dicela, dicaci, dan dihina saat berbuat baik.
Agar kita termasuk generasi pengganti maka kita harus meniti jalan orang-orang yang dicintai Allah dan Allah mencintainya, para wali Allah .
Firman Allah --> Katakanlah (Muhammad) jika ingin Allah mencintaimu maka ikutilah Aku
Rabu, 13 Juni 2012
Ingin Kembali Menulis
Bismillah...
Lama tak menghasilkan tulisan bermanfaat lagi. ingin memulainya sekali lagi agar kembali terbiasa otak ini berfikir hal yang bermanfaat lagi, agar semakin luwes tangan ini menekan tuts keyboard laptop menghasilkan karya2 indah. ingin merasakan lagi terlenanya batin ini dalam fiksi dan diksi. semoga usai menyelesaikan Tugas Akhir ini batin ini bisa terpuaskan kembali dengan 'berlian' diri ini, menulis.
Lama tak menghasilkan tulisan bermanfaat lagi. ingin memulainya sekali lagi agar kembali terbiasa otak ini berfikir hal yang bermanfaat lagi, agar semakin luwes tangan ini menekan tuts keyboard laptop menghasilkan karya2 indah. ingin merasakan lagi terlenanya batin ini dalam fiksi dan diksi. semoga usai menyelesaikan Tugas Akhir ini batin ini bisa terpuaskan kembali dengan 'berlian' diri ini, menulis.
Minggu, 10 Juni 2012
Doa kecil untuk ayah
Ya.. Allah
kata-kata ini adalah kata2 yang belum sempat aku ucapkan
sekarang sudah tak ada kesempatan lagi untuk mengutarakannya
karna Ia telah berada disisiMu ya Rabb
Bapak, begitu panggilan ku untuk ayah tercinta
Ia orang yang sangat aku cintai dan aku kagumi wibawanya
Kini telah berada di sana besamaMu,
Ingin ku memohon padaMu ya Tuhanku,
Tolong sampaikan padanya, bahwa aku sangat mencintainya dan merindukannya
Kumohon dengan sangat sangat ku mohon
Ampuni dosanya Ya Rabb..
Tempatkan Ia dalam pelukanMu
dan ridhoilah kami berkumpul lagi kelak di surgaMu
Amiin...
kata-kata ini adalah kata2 yang belum sempat aku ucapkan
sekarang sudah tak ada kesempatan lagi untuk mengutarakannya
karna Ia telah berada disisiMu ya Rabb
Bapak, begitu panggilan ku untuk ayah tercinta
Ia orang yang sangat aku cintai dan aku kagumi wibawanya
Kini telah berada di sana besamaMu,
Ingin ku memohon padaMu ya Tuhanku,
Tolong sampaikan padanya, bahwa aku sangat mencintainya dan merindukannya
Kumohon dengan sangat sangat ku mohon
Ampuni dosanya Ya Rabb..
Tempatkan Ia dalam pelukanMu
dan ridhoilah kami berkumpul lagi kelak di surgaMu
Amiin...
Surat Kecil Untuk Ibu
Bu.. ini surat kecil untuk ibu. teteh tulis surat ini waktu ikut training muda mulia angkatan 2. teteh kembangkan sedikit isinya sebelum dimasukkan ke blog. ^_^
Bu, apa kabar ?
apa ibu disana sehat ?
apa ibu makan enak dan tidur nyenyak ?
apa disana ibu sakit atau ibu sedih ?
semoga lindungan Allah swt selalu menaungi ibu...
Bu, ini teteh..anak ibu,
teteh sebentar lagi lulus bu, tolong doakan teteh selalu ,
jangan bosan memohon kelancaran dan kesuksesan teteh ya bu, seperti teteh yg nggak bosan minta ibu berdoa untuk teteh...
anakmu ini akan berusaha sekuat tenaga untuk jadi kebanggaan ibu, jadi anak sholihah, dan jadi orang sukses dunia akhirat seperti yang ibu harapkan.
Bu, tolong ridhoi teteh selalu, supaya jalan teteh dilancarkan. karna hanya dengan ridho ibu, teteh bisa dapatkan ridho Allah swt.
Bu, maafkakn kesalahan teteh,
mungkin beribu ribu maaf teteh ucapkan jg tak akan menghapus rasa sakit dan lelah ibu membesarkan teteh.
tapi teteh mohon maafka teteh , yang selalu bentak-bentak ibu, maaf teteh sering kali mereject telpon ibu, lupa balas sms ibu, padahal mungkin disana ibu kangen teteh dan khawatir keadaan teteh.
Bu, maaf sampai sebesar ini teteh belum bisa berbuat apapun untuk ibu, maaf teteh banyak menyusahkan ibu dengan keadaan teteh yang sakit2an. maaf atas semua kekhawatiran yang ibu rasakan, kesakitan dan kegelisahan ibu karena teteh.
Bu, tolong sampaikan dalam doa ibu pada Allah, teteh punya mimpi. mimpi ini mungkin akan sulit terwujud tanpa ada ridho ibu. anakmu ini punya mimpi jadi seorang pengusahawati yang sukses merintis bisnis butik muslimahnya dan sukses dengan karya2 hebatnya sebagai penulis novel best seller. suatu saat... mimpi itu pasti terwujud. mimpi teteh juga, ingin beribadah haji ke tanah suci bareng ibu dan suami kelak. semoga Allah swt mengabulkan jika ibu yang memohonkannya untukku.
Bu, kelak anak gadismu ini akan jadi istri seorang lelaki sholih pilihan Allah swt. harapan teteh ibu bisa turut bersuka cita dan merestui impianku untuk menggenapkan setengah dien bersama calon yg datang melamarku kelak. semoga waktu yang tepat itu akan datang tak lama lagi. seiring restu ibu untuk anakmu ini, teteh mohon ikhlaskan hati ibu jika kelak teteh akan memulai merajut kehidupan sebagai istri sholihah seperti ibu.
Terimakasih atas semua kesabaran, kebaikan dan cinta kasih tulus yang ibu tumpahkan untuk teteh. dari semasa kandungan sampai dewasa seperti ini.
Terimakasih atas semua nasihat ibu yang selalu menyertai langkahku,
Terimakasih atas doa yang tak pernah terputus untuk teteh,
Terimakasih untuk air mata yang tak pernah kering menyertai tahajud dan dhuha ibu.
Terimakasih, syukurku padaMu ya Allah...
atas malaikat yang Kau turunkan untukku,
malaikat bernama ibu telah berhasil menjadikan diri ini makhluk paling bahagia telah memilikinya,
membuatku mengenalMu, mengenal kebesaran dan keagunganMu,
mengajarkanku hal2 yang ku tak tau,
Terimakasih, untuk semua nikmat yang Kau berikan padaku.
-segala puji ku untuk Allah swt, salam sayang dan cinta ku untuk ibu-
Rizki ^_^
Bu, apa kabar ?
apa ibu disana sehat ?
apa ibu makan enak dan tidur nyenyak ?
apa disana ibu sakit atau ibu sedih ?
semoga lindungan Allah swt selalu menaungi ibu...
Bu, ini teteh..anak ibu,
teteh sebentar lagi lulus bu, tolong doakan teteh selalu ,
jangan bosan memohon kelancaran dan kesuksesan teteh ya bu, seperti teteh yg nggak bosan minta ibu berdoa untuk teteh...
anakmu ini akan berusaha sekuat tenaga untuk jadi kebanggaan ibu, jadi anak sholihah, dan jadi orang sukses dunia akhirat seperti yang ibu harapkan.
Bu, tolong ridhoi teteh selalu, supaya jalan teteh dilancarkan. karna hanya dengan ridho ibu, teteh bisa dapatkan ridho Allah swt.
Bu, maafkakn kesalahan teteh,
mungkin beribu ribu maaf teteh ucapkan jg tak akan menghapus rasa sakit dan lelah ibu membesarkan teteh.
tapi teteh mohon maafka teteh , yang selalu bentak-bentak ibu, maaf teteh sering kali mereject telpon ibu, lupa balas sms ibu, padahal mungkin disana ibu kangen teteh dan khawatir keadaan teteh.
Bu, maaf sampai sebesar ini teteh belum bisa berbuat apapun untuk ibu, maaf teteh banyak menyusahkan ibu dengan keadaan teteh yang sakit2an. maaf atas semua kekhawatiran yang ibu rasakan, kesakitan dan kegelisahan ibu karena teteh.
Bu, tolong sampaikan dalam doa ibu pada Allah, teteh punya mimpi. mimpi ini mungkin akan sulit terwujud tanpa ada ridho ibu. anakmu ini punya mimpi jadi seorang pengusahawati yang sukses merintis bisnis butik muslimahnya dan sukses dengan karya2 hebatnya sebagai penulis novel best seller. suatu saat... mimpi itu pasti terwujud. mimpi teteh juga, ingin beribadah haji ke tanah suci bareng ibu dan suami kelak. semoga Allah swt mengabulkan jika ibu yang memohonkannya untukku.
Bu, kelak anak gadismu ini akan jadi istri seorang lelaki sholih pilihan Allah swt. harapan teteh ibu bisa turut bersuka cita dan merestui impianku untuk menggenapkan setengah dien bersama calon yg datang melamarku kelak. semoga waktu yang tepat itu akan datang tak lama lagi. seiring restu ibu untuk anakmu ini, teteh mohon ikhlaskan hati ibu jika kelak teteh akan memulai merajut kehidupan sebagai istri sholihah seperti ibu.
Terimakasih atas semua kesabaran, kebaikan dan cinta kasih tulus yang ibu tumpahkan untuk teteh. dari semasa kandungan sampai dewasa seperti ini.
Terimakasih atas semua nasihat ibu yang selalu menyertai langkahku,
Terimakasih atas doa yang tak pernah terputus untuk teteh,
Terimakasih untuk air mata yang tak pernah kering menyertai tahajud dan dhuha ibu.
Terimakasih, syukurku padaMu ya Allah...
atas malaikat yang Kau turunkan untukku,
malaikat bernama ibu telah berhasil menjadikan diri ini makhluk paling bahagia telah memilikinya,
membuatku mengenalMu, mengenal kebesaran dan keagunganMu,
mengajarkanku hal2 yang ku tak tau,
Terimakasih, untuk semua nikmat yang Kau berikan padaku.
-segala puji ku untuk Allah swt, salam sayang dan cinta ku untuk ibu-
Rizki ^_^
Senin, 21 Mei 2012
Kenangan 2008
Dulu...
Di Asrama Polban...
Gedung A..
Menamakan dirinya Akhwat Tangguh Dormitory
(Dorminah 2008... ^_^)
Sahabat baru... teman seperjuangan...
Perjalanan pun dimulai..
Tahun 2008 kita bertemu... Asrama tercinta
tempat kita bernaung bersama. Rumah ke dua semasa menuntut ilmu di tanah orang.
Adat, budaya, bahasa, tabiat berbaur bersama. Kian harmonis dengan lika-liku
panggung kehidupan mahasiswa, yang membentuk suatu rasa dalam hati
masing-masing pelakonnya.
Ukhuwah pun terbina begitu hangat, sehangat
mentari di pagi hari.. senikmat minum skoteng di kala dingin malam hari.
Bersama, tak khawatir hujan, terik, duka
atau berbunga-bunga... bersama kalian lah wahai sobat, ku selalu bahagia.
Canda tawa kalian yang renyah, serenyah
kripik singkong super pedes, produk andalan anak asrama dulu... ^_^
SAHABAT...Ingatkah...?
Dari mulai perkenalan, penyesuaian,
pertemanan, sampai akhirnya berusaha sekuat tenaga agar SAHABAT tercinta tak
menitikkan air mata, tak memendam sendiri derita. Tak betah melihat wajah
murung sahabatnya, Tak rela melihat piring SAHABATnya kosong tak ada yang bisa
dimakan, ikhlas berbagi air seteguk untuk sama-sama melepas dahaga, siap jadi
‘obat’ bagi SAHABAT yang sedang terluka hatinya.
Ingatkah kenangan-kenangan kita dulu...?
Base camp... Fun games... Rihlah...
Tasyakur... Baksos... Foto bareng... Syuro...
Renang bareng... Mabit bareng ke DT...
Makan bubur mang jajang...
Sampai foto-foto narsis di komplek Polban...
obsesi eksis...dan berani ekstrim :p
(sampe naik-naik tower telkom segala... )
Setiap ada liburan, moment balik ke asrama adalah yang paling
ditunggu... masing-masing suku bawa oleh-oleh khas daerahnya.. (lumayan cukup
untuk stok cemilan seminggueun...)
Dan masih banyak lagi moment-moment tak
terlupakan bersama 2008 dan Asrama
Rasanya tak kan habis menceritakan kenengan
2008 semasa ngampus dan ngecamp di asrama Polban tercinta
Meski jumlahnya kian berkurang, tapi bagiku
sampai kapanpun kalian tetap personil ‘dorminah 2008’
SAUDARIKU ...
Tahukah..??
Aku sangat menyayangi kalian, ku
ingat-ingat nama lengkap kalian satu per satu, tak lupa panggilan sayang
masing-masing yang lucu...
Ku ceritakan semua pada ibuku di rumah,
bahwa di sini ku memiliki keluarga baru, keluarga kecil yang sangat berharga
dan aku bahagia bersama mereka.
Kini ku bilang pada ibu..
AKU RINDU SAHABAT-SAHABATKU, AKU RINDU
SAUDARI-SAUDARIKU
Cepat sekali rasanya waktu berlalu, dan
sudah lama rasanya aku menanggung rindu ... akankah kembali terulang masa-masa
itu, sepenggal episode indah bak cerita dongeng putri yang bahagia bersama
sahabat-sahabatnya
selama-lamanya...
Rindu teriring doa tulus untuk
saudari-saudariku dimanapun kalian berada, semoga goresan rinduku ini juga
mewakili rindu yang sama yang kalian rasakan...
-Luv
U All Coz Allah-
Rizki
Senin, 05 Maret 2012
Ibu...
Bu... sungguh sangat2 berat untuk ku melakukan semua ini. hal terberat dalam hidupku adalah melihatmu menitikkan air mata. meskipun air mata haru bahagia. pliiss.. don't cry mom...
"Bu, telah datang padaku seorang ikhwan yang berniat meminangku dan 'mengambil gadismu dari pangkuanmu'." Beraaaat sekali mulut ini mengatakannya, padahal ku yakin jawabanmu pasti tak kan pernah berubah. "Ibu ikut saja jika itu keputusanmu. Asal itu yang terbaik dan bisa membuatmu bahagia". Tapi ku merasakan ada yang menyayat-nyayat hati ini melihat butiran mutiara menetes dari sudut matamu yang mulai keriput. Sesungguhnya betapapun aku meyakinkanmu bahwa aku akan selalu menjadi gadis kecilmu meski ku telah memiliki pangeran yang siap mendampingiku selamanya, tetaplah air mata itu tetap mengalir. Dan itu sangat menyakitkan buatku.
Sesungguhnya gadis kecilmu yang dulu selalu kau belai rambutnya dan kau sisiri lembut helai demi helai, kini telah mencoba menjadi gadis dewasa yang siap mengarungi bahtera rumah tangga. Sama seperti ibu yang menemukan cinta bapak, aku pun menemukan pangeran yang mencintai ku. Aku ingin seperti ibu yang bisa menjadi istri sholihah untuk keluarga, menantu idaman dan menjadi tiang keluarga sekaligus kesatria yang melahirkan dan membesarkan kami anak2mu hingga kami dewasa.
Bu, restuilah niatku ini... seperti engkau merestui anakmu mendapatkan keutamaann menggenapkan sebagian dien ini.... Bu, ridhoilah apa yang telah Allah tetapkan untuk anakmu ini. Aku berjanji tak akan ada yang berubah setelah ku menikah. karena engkaulah kebahagiaanku, senyum dan ridhomu lah yang menentukan ridhoNya pada hidupku.
"Bu, telah datang padaku seorang ikhwan yang berniat meminangku dan 'mengambil gadismu dari pangkuanmu'." Beraaaat sekali mulut ini mengatakannya, padahal ku yakin jawabanmu pasti tak kan pernah berubah. "Ibu ikut saja jika itu keputusanmu. Asal itu yang terbaik dan bisa membuatmu bahagia". Tapi ku merasakan ada yang menyayat-nyayat hati ini melihat butiran mutiara menetes dari sudut matamu yang mulai keriput. Sesungguhnya betapapun aku meyakinkanmu bahwa aku akan selalu menjadi gadis kecilmu meski ku telah memiliki pangeran yang siap mendampingiku selamanya, tetaplah air mata itu tetap mengalir. Dan itu sangat menyakitkan buatku.
Sesungguhnya gadis kecilmu yang dulu selalu kau belai rambutnya dan kau sisiri lembut helai demi helai, kini telah mencoba menjadi gadis dewasa yang siap mengarungi bahtera rumah tangga. Sama seperti ibu yang menemukan cinta bapak, aku pun menemukan pangeran yang mencintai ku. Aku ingin seperti ibu yang bisa menjadi istri sholihah untuk keluarga, menantu idaman dan menjadi tiang keluarga sekaligus kesatria yang melahirkan dan membesarkan kami anak2mu hingga kami dewasa.
Bu, restuilah niatku ini... seperti engkau merestui anakmu mendapatkan keutamaann menggenapkan sebagian dien ini.... Bu, ridhoilah apa yang telah Allah tetapkan untuk anakmu ini. Aku berjanji tak akan ada yang berubah setelah ku menikah. karena engkaulah kebahagiaanku, senyum dan ridhomu lah yang menentukan ridhoNya pada hidupku.
Kacamata
Ceritanya, saya sedang ta'aruf dengan seorang ikhwan. Dipertanyaannya yang terakhir, dari 20 pertanyaan yang ia tanyakan pada saya, ia menanyakan pada suami murabbi ana_kebetulan tempat ta'arufnya di rumah murabbi ana dan suami.
"Bisakah saya menanyakan pertanyaan poin 5 ini?" sembari menunjukkan daftar pertanyaan kepada suami murabbi ana. lalu suami murabbi ana balik bertanya, "korelasinya apa antum ingin menanyakan ini?". "Ya , untuk memastikan aja, saya penasaran karena beda jadinya dengan yang di proposal" Jawabnya.
Aku dan murabbi bingung,
"Ukhti Rizki coba, bisa dipake kacamatanya?" Pinta suami murabbi ana.
"Kacamata ana sengaja nggak ana bawa." saya menjawab dengan raut muka bingung.
"Mi, coba pinjemin kacamata ke ukhti Rizki". Pinta suami murabbi ana ke murabbi ana.
kita "para ukhti" disitu semakin bingung. "Maksudnya apa?"
"Ini, kata Akhi .... kenapa nggak pake kacamata, sedangkan di foto pake kacamata?" Jelas suami murabbi ana.
Jelas ana bingung, memangnya beda ya antar pake kacamata dan nggak?
"Kasian ukhti Rizki, nanti tertulas silindris ana," kata murabbi ana.
"Begini...." Saya mulai menjelaskan, "Saya memang sedang berusaha mengurangi penggunaan kacamata, karena saya harap dengan begitu mata saya nggak bergantung lagi pada kacamata untuk melihat, syukur2 suatu saat bisa sembuh total mines saya."
"Nah, begitu Akhi... bagaimana, masih penasaran ?" Tanya suami murabbi ana lagi kepada ikhwan yang sedari tadi tak segan2 menghujani saya dengan pertanyaan yang menuntut ketajaman pikiran.
"Hmm...." Jawabnya nampak menyiratkan rasa penasaran yang masih tersisa di benaknya.
"Akhi... tidak ada korelasi yang jelas dari pertanyaan antum dengan kepribadiannya, karena penampilan hanya sekilas, dan antum tidak bisa menilai orang hanya dari poin itu." Jelas suami murabbi ana.
Kemudian hening...
"Ya, kalo sudah tidak ada lagi yang ditanyakan, silahkan.... di nikmati hidangan yang sudah disiapkan istri ana tercinta." kata suami murabbi ana.
"Bisakah saya menanyakan pertanyaan poin 5 ini?" sembari menunjukkan daftar pertanyaan kepada suami murabbi ana. lalu suami murabbi ana balik bertanya, "korelasinya apa antum ingin menanyakan ini?". "Ya , untuk memastikan aja, saya penasaran karena beda jadinya dengan yang di proposal" Jawabnya.
Aku dan murabbi bingung,
"Ukhti Rizki coba, bisa dipake kacamatanya?" Pinta suami murabbi ana.
"Kacamata ana sengaja nggak ana bawa." saya menjawab dengan raut muka bingung.
"Mi, coba pinjemin kacamata ke ukhti Rizki". Pinta suami murabbi ana ke murabbi ana.
kita "para ukhti" disitu semakin bingung. "Maksudnya apa?"
"Ini, kata Akhi .... kenapa nggak pake kacamata, sedangkan di foto pake kacamata?" Jelas suami murabbi ana.
Jelas ana bingung, memangnya beda ya antar pake kacamata dan nggak?
"Kasian ukhti Rizki, nanti tertulas silindris ana," kata murabbi ana.
"Begini...." Saya mulai menjelaskan, "Saya memang sedang berusaha mengurangi penggunaan kacamata, karena saya harap dengan begitu mata saya nggak bergantung lagi pada kacamata untuk melihat, syukur2 suatu saat bisa sembuh total mines saya."
"Nah, begitu Akhi... bagaimana, masih penasaran ?" Tanya suami murabbi ana lagi kepada ikhwan yang sedari tadi tak segan2 menghujani saya dengan pertanyaan yang menuntut ketajaman pikiran.
"Hmm...." Jawabnya nampak menyiratkan rasa penasaran yang masih tersisa di benaknya.
"Akhi... tidak ada korelasi yang jelas dari pertanyaan antum dengan kepribadiannya, karena penampilan hanya sekilas, dan antum tidak bisa menilai orang hanya dari poin itu." Jelas suami murabbi ana.
Kemudian hening...
"Ya, kalo sudah tidak ada lagi yang ditanyakan, silahkan.... di nikmati hidangan yang sudah disiapkan istri ana tercinta." kata suami murabbi ana.
Kamis, 16 Februari 2012
............
Ternyata ide itu muncul saat mennjelang mata ini terpejam.. ^_^
Thanks god, meskipun copas tapi semoga bisa bermanfaat bagi yang membacanya, amin.
Good Nigth... )(
Thanks god, meskipun copas tapi semoga bisa bermanfaat bagi yang membacanya, amin.
Good Nigth... )(
Sekarang Ada Judul
Itsar
Itsar, puncak ukhuwah
Makna Itsar
Secara bahasa itsar berarti mementingkan orang lain lebih dari diri sendiri. Dari segi fitrah setiap manusia yang masih terjaga fitrah kemanusiaannya juga dapat berbuat mulia, mementingkan orang lain dan bukan diri sendiri serta menolong orang lain tanpa memikirkan diri sendiri. Di Inggris pernah terjadi kasus penyelamatan seorang anak yang jatuh di rel kereta api oleh seorang laki-laki. Alhamdulillah anak itu bisa diselamatkan, namun sebelah tangan laki-laki itu putus tersambar kereta api yang melaju kencang. Mungkin seumur hidupnya anak tersebut takkan bisa melupakan jasa seseorang yang rela mengorbankan sebelah tangannya untuk menyelamatkan nyawanya.
Dari segi istilah, itsar adalah salah satu manfaat diniyah (manfaat keagamaan) yang terwujud bila terjalin ukhuwah di antara orang-orang yang seaqidah. Ia juga dikatakan wujud maksimal ukhuwah Islamiyah yang dimiliki seseorang. Dalam rangka menggapai mardhatillah semata, seorang muslim bersedia berkorban mendahulukan kepentingan orang lain di atas dirinya sendiri.
Urgensi dan keutamaan Itsar
Dalam QS 9:128 digambarkan sifat-sifat Rasulullah saw. yang mudah berempati pada penderitaan orang lain, senantiasa menginginkan kebaikan bagi orang lain dan santun serta pengasih dan penyayang terhadap sesama mukmin.
Kehidupan di dunia yang jauh dari sifat-sifat mulia akan dipenuhi keserakahan dan keegoisan, nafsi-nafsi, lu-lu, gua-gua. Semuanya mementingkan diri dan keluarganya saja termasuk para pemimpinnya yang mengidap penyakit kronis berupa KKN. Kehidupan yang individualistis (nafsi-nafsi) egoistis (mementingkan diri sendiri) dan apatis (masa bodoh terhadap orang lain) adalah cerminan masyarakat yang tidak menegakkan ukhuwah Islamiyah.
Contohnya kehidupan di masyarakat metropolis atau kosmopolis ada seorang tunawisma yang meninggal di dekat tempat sampah lalu di bawa ke RSCM akhirnya dikuburkan tanpa kehadiran sanak saudaranya. Atau orang-orang tua yang ditaruh di panti-panti jompo. Jarang dijenguk dan menjalani proses sakaratul maut sendirian tanpa didampingi atau ditalkinkan anak-cucu. Benar-benar mengenaskan. Sulit kita membayangkan keridhaan dan keberkahan Allah Taala akan tercurah kepada masyarakat yang jauh dari nilai-nilai kebaikan tersebut.
Rasulullah mengatakan bukan dari golongan kami orang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya kelaparan. Begitu pula di hadits lain “Bukan golongan kami orang yang tidak peduli pada urusan orang Islam”
Jadi sifat itsar sangat penting untuk memerangi sifat-sifat buruk seperti egois, kikir, individualis dsb serta menumbuhsuburkan sifat-sifat mulia seperti peduli, empati, pemurah dll.
Keutamaan orang yang berbuat itsar di dunia ia akan dicintai oleh orang-orang yang pernah merasakan kebaikannya dan mempererat ukhuwah serta di akhirat nanti akan mendapatkan mimbar terbuat dari cahaya, naungan dan lindungan Allah Taala serta Al-Jannah (surga).
Itsar generasi salafus shalih
Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia.” Dan beliau dengan pujian Allah Taala dalam QS 68:4 dan QS 9:128 yang sudah dicantumkan di bagian terdahulu tulisan ini menggambarkan sosok beliau yang mudah berempati, peka dan peduli terhadap penderitaan orang lain. Kemudian selalu menginginkan kebaikan bagi orang lain dan bersifat santun serta kasih sayang terhadap mukmin.
Bukti kemampuan berempati beliau, terlihat saat beliau segera tahu bahwa Abu Hurairah kelaparan tanpa harus diberitahu, padahal sebelumnya Abu Bakar dan Umar pun tak bisa menangkap sinyal-sinyal Abu Hurairah butuh bantuan.
Beliau tidak pernah menolak siapa saja yang minta bantuan dan pertolongan beliau padahal beliau sendiri sering kelaparan seperti nampak pada kisah beliau, Abu Bakar dan Umar ra sama-sama lapar dan dijamu makan oleh Abu Ayyub Al Anshari. Beliau meneteskan air mata kemudian berucap, “Kelak kalian akan ditanya akan nikmat ini, ketika kalian pergi dari rumah dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang”.
Beliau hidup sangat sederhana dan tidur di atas tikar jerami sampai Umar menangis melihatnya dan Fatimah kelak bersyair di tepi kuburan bapaknya, “Ya ayahhandaku punggungnya penuh dengan bilur-bilur tikar”. Tetapi beliau tidak mau tikarnya itu dilipat terlalu banyak di bagian atasnya sebagai bantal karena takut tidurnya terlalu nyenyak bila terlalu empuk, sehingga khawatir tidak bisa bangun shalat malam.
Rasulullah juga menegaskan bahwa dunia bukan dari dan untuk keluarga Muhammad di saat Fatimah mendapat perhiasan, bagian dari rampasan perang hingga akhirnya putrinya mengembalikannya. Ia juga menasihati Fatimah dan Ali dengan bacaan-bacaan dzikir pada saat mereka minta khadimah dari tawanan perang. Rasulullah juga menghukum keras istri-istrinya yang meminta penghidupan (maisah) yang lebih dan perhiasan dengan cara mengasingkan diri selama sebulan hingga akhirnya Allah menawarkan opsi dalam wahyu-Nya di surat At Tahrim. Apakah istri-istri nabi tersebut memilih nabi dan kehidupan akhirat ataukah dunia. Tentu saja mereka memilih Rasulullah dan surga kelak walaupun kini hidup prihatin di dunia. Terlihat betapa Rasulullah lebih mementingkan yang lain ketimbang diri dan keluarganya karena pada saat yang bersamaan beliau ridha saja para sahabat dan istri-istrinya hidup berkecukupan dan memakai perhiasan hasil rampasan perang serta memiliki khadimah.
Bahkan sampai di saat-saat terakhir kehidupannya pun beliau tetap memikirkan umatnya dan bukan dirinya dan keluarganya sehingga ia tidak mewariskan apa-apa bagi keluarganya. Ucapan yang keluar dari mulut beliau di akhir kehidupannya adalah, “Ummati….Ummati….” (Umatku…Umatku…)
Keteladanan Rasulullah saw. dalam hal tersebut ternyata membias pula pada sahabat-sahabat yang utama seperti Abu Bakar, Abu Thalhah atau istri-istri beliau seperti Khadijah, Aisyah dan Zainab binti Jahsy serta Saudah binti Zum’ah.
Suatu saat ketika terjadi pengumpulan dana untuk berjihad fisabilillah semua sahabat berlomba-lomba untuk menginfaqkan segala yang dimilikinya.Termasuk sahabat-sahabat yang utama seperti Abu Bakar, Umar dan Utsman. Kemudian Rasulullah bertanya kepada Umar, “Bagitu banyak yang kau infaqkan Umar, adakah yang tersisa untuk keluargamu?” Umar pun lalu menjawab, “Sebanyak itu pula ya Rasulullah”. Jadi istilahnya fifty-fifty, atau separuh-separuh. Jawaban seperti itu pun meluncur pula dari lidah Utsman ketika ditanya juga oleh Rasulullah dengan pertanyaan yang sama. Namun tatkala pertanyaan tersebut diajukan kepada Abu Bakar As shidiq ra, jawabannya sungguh mencengangkan dan menimbulkan decak kagum.
“Untuk keluargaku kutinggalkan Allah dan Rasulnya” Artinya keseluruhannya (100%) diinfaqannya di jalan Allah, sedangkan urusan keluarganya ia pasrahkan kepada Allah. Umar sampai berucap, “Sungguh aku tak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selama-lamanya”.
Begitu pula, pada saat Abu Bakar pergi hijrah mendampingi Rasulullah. Dananya dihabiskan untuk membiayai kepergiannya hijrah bersama Rasulullah. Namun istri dan putri-putrinya memang luar biasa pula. Ketika kakek Asma atau ayah Abu Bakar yakni Abu Quhafah marah-marah kepada Abu Bakar yang dianggapnya tidak bertanggung jawab meninggalkan keluarganya begitu saja, maka Asma menenangkan kakeknya yang buta itu dengan memperdengarkan bunyi kerikil-kerikil seolah itu kepingan dirham yang banyak. “Tenang saja kek, ayah tidak menyia-nyiakan kami”, ujar Asma. Barulah Abu Quhafah menjadi tenang.
Ada lagi kisah itsar yang sangat indah dan diabadikan oleh Allah dalam QS Al-Hasyr ayat 8 dan 9. Dalam terjemah singkat tafsir Ibnu Katsier jilid 8 diungkap tentang itsar yang ditunjukkan orang-orang Anshar terhadap saudara-saudara mereka kaum muhajirin (QS 59:8)
Demi iman dan pembuktiannya kaum muhajirin meninggalkan sanak saudaranya, harta benda, dan kampung halamannya. Seperti Shuaib bin Sinan Ar Rumy yang dihadang dan dipaksa menyerahkan seluruh harta bendanya, dan Rasulullah saw. bersabda : ‘Beruntunglah Abu Yahya (Shuaib) dengan perniagaannya (artinya rela melepas harta benda dunia dengan keridhoan Allah da Rasul-Nya).
Ukhuwah Islamiyah yang dilandasi iman membuat suku Aus dan Khazraj di Yatsrib (kemudian menjadi Madinah) yang dahulunya bertikai menjadi damai dan bersaudara (QS 3:103) Kemudian, membuat kaum muhajirin yang datang dari Mekkah bersatu dengan kaum Anshar (penduduk asli Yatsrib) yang bersedia menolong dan menampung saudara-saudara seiman tersebut.
Ketika sahabat-sahabat Nabi saw. kaum muhajirin tiba di Yatsrib (Madinah), mereka segera dipersaudarakan dengan orang-orang Anshar. Di antaranya Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Raby yang kemudian menawarkan separuh hartanya dan 1 dari 2 istrinya untuk Abdurrahman bin Auf. Jika Sa’ad memiliki sifat itsar, maka kebalikannya Abdurrahman bin Auf memiliki sifat iffah (memelihara diri dari meminta-minta). Ia menolak halus tawaran Sa’ad bin Raby dan hanya minta ditunjukkan pasar. Ia pun berusaha sampai berhasil dalam perniagaannya bahkan merintis dan membangun pasar Ukaz yang menandingi pasarnya Yahudi.
Di ayat kesembilannya disebutkan ada orang Anshar yang tulus mencintai, tanpa pamrih dan dan mengutamakan kawan lebih dari diri sendiri, meskipun mereka merasa lapar. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, merekalah orang yang berbahagia dan beruntung.
Dalam hadits riwayat muslim dari Abu Hurairah, sepasang suami istri yang memenuhi perintah Rasulullah untuk memberi makan musafir yang kelaparan itu adalah Abu Thalhah dan Ummu Sulaim/ Rumaisha binti Milhan. Mereka sendiri malam itu segera menidurkan anak-anak mereka yang lapar dan berpura-pura makan agar tamu mereka makan dengan tenang.
Padahal yang sedang disantap oleh tamu mereka itu adalah saru porsi terakhir yang mereka miliki hari itu.
Di ayat 9 tersebut Allah menegaskan “Wa yu’ tsiruuna alaa anfusihim walau kana bihim khashan’shah” (mereka itsar terhadap orang lain dibanding ke diri mereka sendiri walaupun mereka sendiri kelaparan).
Ketika keesokan hari Rasulullah berjumpa dengan Abu Thalhah, beliau bersabda, “Sungguh Allah sangat gembira (tersenyum) menyaksikan perbuatan Anda berdua”.
Hampir kesemua istri Nabi saw. menunjukkan sifat pemurah dan itsarnya. Istri pertama yang paling dicintainya, dan tak pernah dapat dilupakannya: Khadijah menunjukkan itsar saat Rasulullah meminta pembantu Kahdijah: Zaid bin Haritsah untuk menjadi pembantunya. Beliau juga menginfqkan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan fisabilillah menyebarkan agama Islam.
Istri Rasulullah seperti Zainab binti Jahsy yang pandai berwiraniaga juga terkenal dermawan dan suka membantu orang lain. Saudah bunti Zum’ah istri Rasulullah yang walaupun hanya berjualan roti kuah ala Thaif pun ikut berinfaq dengan hasil dagangannya.
Ummul mukminin Aisyah ra yang terkenal kepandaiannya sekaligus juga kedermawanannya pernah mendapat uang 40.000 dirham dari baitul mal. Oleh Aisyah harta itu segera di bagi-bagikan kepada fakir miskin sampai-sampai lupa menyisihkan sedikit saja untuk dirinya. Sampai ditegur Ummu Burdah yang membantunya, “Ya Ummul mukminin kenapa tak kau sisihkan sedikit saja untuk membeli makanan berbuka, bukankah engkau sedang berpuasa,” “Ya Ummu Burdah, kenapa tadi tak kau ingatkan”, jawab Aisyah tenang.
Kisah itsar yang sangat heroik terjadi pada saat perang Yarmuk. Ikrimah bin Abu Jahl seorang mujahid bersama dua sahabat yang lain terbaring dengan luka-luka sangat parah. Ketika seorang sahabat hendak memberinya minum, ia menolak dan menyuruh air itu diberikan ke teman di sebelahnya. Ketika air itu akan diberikan kesebelahnya, orang tersebut juga menyuruh diberikan lagi ke sebelahnya pula. Ia memilih mengalah pula pada saat-saat yang penting tersebut. Namun orang ketiga yang dimaksud sudah meninggal, ketika kembali lagi si pemberi minum ke sahabat yang tengah, ternyata ia sudah syahid juga.
Dan ketika beranjak ke Ikrimah, ia pun telah syahid. Subhanallah dalam detik-detik terakhir kehidupan atau di saat-saat kritis sekalipun mereka tetap menjaga itsar mereka.
Penutup
Hal yang sangat kontras terjadi pada kita, saat kita menoleh ke kondisi umat Islam saat ini yang terpecah-pecah, tercabik-cabik dan terkotak-kotak.
Doa Nabi saw. yang dikabulkan saat meminta umatnya diselamatkan dari bahaya banjir dan kelaparan dan tidak dikabulkan saat meminta umatnya diselamatkan dari bahaya perpecahan, seyogianya membuat kita berfikir bahwa kerja mempersatukan umat adalah kerja besar yang harus diikhtiarkan secara maksimal baru kemudian Allah berkenan membantu (QS 13:11)
Bila kita melihat QS 3:103, nyata jelas bahwa hanya dengan sama-sama I’tisham bi hablillah (berpegang teguh di jalan Allah) sajalah, persatuan hati dan persaudaraan akan terwujud.
Maraji’
Fiqhul Ukhuwah Islamiyah, Dr Abdul Halim Mahmud; Risalatul Usrah; Imam As Syahid Hasan Al-Bana; Khuluq Al muslim; Muhammad Al Ghozali; Mensucikan jiwa; Said Hawa; Ihya ‘Ulumuddin; Imam Al Ghazali; Mamarratul Ukhuwatul Islamiyah; Abdullah Nashih Ulwan.
Wallahu a’lam.
Itsar, puncak ukhuwah
Makna Itsar
Secara bahasa itsar berarti mementingkan orang lain lebih dari diri sendiri. Dari segi fitrah setiap manusia yang masih terjaga fitrah kemanusiaannya juga dapat berbuat mulia, mementingkan orang lain dan bukan diri sendiri serta menolong orang lain tanpa memikirkan diri sendiri. Di Inggris pernah terjadi kasus penyelamatan seorang anak yang jatuh di rel kereta api oleh seorang laki-laki. Alhamdulillah anak itu bisa diselamatkan, namun sebelah tangan laki-laki itu putus tersambar kereta api yang melaju kencang. Mungkin seumur hidupnya anak tersebut takkan bisa melupakan jasa seseorang yang rela mengorbankan sebelah tangannya untuk menyelamatkan nyawanya.
Dari segi istilah, itsar adalah salah satu manfaat diniyah (manfaat keagamaan) yang terwujud bila terjalin ukhuwah di antara orang-orang yang seaqidah. Ia juga dikatakan wujud maksimal ukhuwah Islamiyah yang dimiliki seseorang. Dalam rangka menggapai mardhatillah semata, seorang muslim bersedia berkorban mendahulukan kepentingan orang lain di atas dirinya sendiri.
Urgensi dan keutamaan Itsar
Dalam QS 9:128 digambarkan sifat-sifat Rasulullah saw. yang mudah berempati pada penderitaan orang lain, senantiasa menginginkan kebaikan bagi orang lain dan santun serta pengasih dan penyayang terhadap sesama mukmin.
Kehidupan di dunia yang jauh dari sifat-sifat mulia akan dipenuhi keserakahan dan keegoisan, nafsi-nafsi, lu-lu, gua-gua. Semuanya mementingkan diri dan keluarganya saja termasuk para pemimpinnya yang mengidap penyakit kronis berupa KKN. Kehidupan yang individualistis (nafsi-nafsi) egoistis (mementingkan diri sendiri) dan apatis (masa bodoh terhadap orang lain) adalah cerminan masyarakat yang tidak menegakkan ukhuwah Islamiyah.
Contohnya kehidupan di masyarakat metropolis atau kosmopolis ada seorang tunawisma yang meninggal di dekat tempat sampah lalu di bawa ke RSCM akhirnya dikuburkan tanpa kehadiran sanak saudaranya. Atau orang-orang tua yang ditaruh di panti-panti jompo. Jarang dijenguk dan menjalani proses sakaratul maut sendirian tanpa didampingi atau ditalkinkan anak-cucu. Benar-benar mengenaskan. Sulit kita membayangkan keridhaan dan keberkahan Allah Taala akan tercurah kepada masyarakat yang jauh dari nilai-nilai kebaikan tersebut.
Rasulullah mengatakan bukan dari golongan kami orang yang tidur dalam keadaan kenyang sementara tetangganya kelaparan. Begitu pula di hadits lain “Bukan golongan kami orang yang tidak peduli pada urusan orang Islam”
Jadi sifat itsar sangat penting untuk memerangi sifat-sifat buruk seperti egois, kikir, individualis dsb serta menumbuhsuburkan sifat-sifat mulia seperti peduli, empati, pemurah dll.
Keutamaan orang yang berbuat itsar di dunia ia akan dicintai oleh orang-orang yang pernah merasakan kebaikannya dan mempererat ukhuwah serta di akhirat nanti akan mendapatkan mimbar terbuat dari cahaya, naungan dan lindungan Allah Taala serta Al-Jannah (surga).
Itsar generasi salafus shalih
Rasulullah pernah bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia.” Dan beliau dengan pujian Allah Taala dalam QS 68:4 dan QS 9:128 yang sudah dicantumkan di bagian terdahulu tulisan ini menggambarkan sosok beliau yang mudah berempati, peka dan peduli terhadap penderitaan orang lain. Kemudian selalu menginginkan kebaikan bagi orang lain dan bersifat santun serta kasih sayang terhadap mukmin.
Bukti kemampuan berempati beliau, terlihat saat beliau segera tahu bahwa Abu Hurairah kelaparan tanpa harus diberitahu, padahal sebelumnya Abu Bakar dan Umar pun tak bisa menangkap sinyal-sinyal Abu Hurairah butuh bantuan.
Beliau tidak pernah menolak siapa saja yang minta bantuan dan pertolongan beliau padahal beliau sendiri sering kelaparan seperti nampak pada kisah beliau, Abu Bakar dan Umar ra sama-sama lapar dan dijamu makan oleh Abu Ayyub Al Anshari. Beliau meneteskan air mata kemudian berucap, “Kelak kalian akan ditanya akan nikmat ini, ketika kalian pergi dari rumah dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang”.
Beliau hidup sangat sederhana dan tidur di atas tikar jerami sampai Umar menangis melihatnya dan Fatimah kelak bersyair di tepi kuburan bapaknya, “Ya ayahhandaku punggungnya penuh dengan bilur-bilur tikar”. Tetapi beliau tidak mau tikarnya itu dilipat terlalu banyak di bagian atasnya sebagai bantal karena takut tidurnya terlalu nyenyak bila terlalu empuk, sehingga khawatir tidak bisa bangun shalat malam.
Rasulullah juga menegaskan bahwa dunia bukan dari dan untuk keluarga Muhammad di saat Fatimah mendapat perhiasan, bagian dari rampasan perang hingga akhirnya putrinya mengembalikannya. Ia juga menasihati Fatimah dan Ali dengan bacaan-bacaan dzikir pada saat mereka minta khadimah dari tawanan perang. Rasulullah juga menghukum keras istri-istrinya yang meminta penghidupan (maisah) yang lebih dan perhiasan dengan cara mengasingkan diri selama sebulan hingga akhirnya Allah menawarkan opsi dalam wahyu-Nya di surat At Tahrim. Apakah istri-istri nabi tersebut memilih nabi dan kehidupan akhirat ataukah dunia. Tentu saja mereka memilih Rasulullah dan surga kelak walaupun kini hidup prihatin di dunia. Terlihat betapa Rasulullah lebih mementingkan yang lain ketimbang diri dan keluarganya karena pada saat yang bersamaan beliau ridha saja para sahabat dan istri-istrinya hidup berkecukupan dan memakai perhiasan hasil rampasan perang serta memiliki khadimah.
Bahkan sampai di saat-saat terakhir kehidupannya pun beliau tetap memikirkan umatnya dan bukan dirinya dan keluarganya sehingga ia tidak mewariskan apa-apa bagi keluarganya. Ucapan yang keluar dari mulut beliau di akhir kehidupannya adalah, “Ummati….Ummati….” (Umatku…Umatku…)
Keteladanan Rasulullah saw. dalam hal tersebut ternyata membias pula pada sahabat-sahabat yang utama seperti Abu Bakar, Abu Thalhah atau istri-istri beliau seperti Khadijah, Aisyah dan Zainab binti Jahsy serta Saudah binti Zum’ah.
Suatu saat ketika terjadi pengumpulan dana untuk berjihad fisabilillah semua sahabat berlomba-lomba untuk menginfaqkan segala yang dimilikinya.Termasuk sahabat-sahabat yang utama seperti Abu Bakar, Umar dan Utsman. Kemudian Rasulullah bertanya kepada Umar, “Bagitu banyak yang kau infaqkan Umar, adakah yang tersisa untuk keluargamu?” Umar pun lalu menjawab, “Sebanyak itu pula ya Rasulullah”. Jadi istilahnya fifty-fifty, atau separuh-separuh. Jawaban seperti itu pun meluncur pula dari lidah Utsman ketika ditanya juga oleh Rasulullah dengan pertanyaan yang sama. Namun tatkala pertanyaan tersebut diajukan kepada Abu Bakar As shidiq ra, jawabannya sungguh mencengangkan dan menimbulkan decak kagum.
“Untuk keluargaku kutinggalkan Allah dan Rasulnya” Artinya keseluruhannya (100%) diinfaqannya di jalan Allah, sedangkan urusan keluarganya ia pasrahkan kepada Allah. Umar sampai berucap, “Sungguh aku tak akan bisa mengalahkan Abu Bakar selama-lamanya”.
Begitu pula, pada saat Abu Bakar pergi hijrah mendampingi Rasulullah. Dananya dihabiskan untuk membiayai kepergiannya hijrah bersama Rasulullah. Namun istri dan putri-putrinya memang luar biasa pula. Ketika kakek Asma atau ayah Abu Bakar yakni Abu Quhafah marah-marah kepada Abu Bakar yang dianggapnya tidak bertanggung jawab meninggalkan keluarganya begitu saja, maka Asma menenangkan kakeknya yang buta itu dengan memperdengarkan bunyi kerikil-kerikil seolah itu kepingan dirham yang banyak. “Tenang saja kek, ayah tidak menyia-nyiakan kami”, ujar Asma. Barulah Abu Quhafah menjadi tenang.
Ada lagi kisah itsar yang sangat indah dan diabadikan oleh Allah dalam QS Al-Hasyr ayat 8 dan 9. Dalam terjemah singkat tafsir Ibnu Katsier jilid 8 diungkap tentang itsar yang ditunjukkan orang-orang Anshar terhadap saudara-saudara mereka kaum muhajirin (QS 59:8)
Demi iman dan pembuktiannya kaum muhajirin meninggalkan sanak saudaranya, harta benda, dan kampung halamannya. Seperti Shuaib bin Sinan Ar Rumy yang dihadang dan dipaksa menyerahkan seluruh harta bendanya, dan Rasulullah saw. bersabda : ‘Beruntunglah Abu Yahya (Shuaib) dengan perniagaannya (artinya rela melepas harta benda dunia dengan keridhoan Allah da Rasul-Nya).
Ukhuwah Islamiyah yang dilandasi iman membuat suku Aus dan Khazraj di Yatsrib (kemudian menjadi Madinah) yang dahulunya bertikai menjadi damai dan bersaudara (QS 3:103) Kemudian, membuat kaum muhajirin yang datang dari Mekkah bersatu dengan kaum Anshar (penduduk asli Yatsrib) yang bersedia menolong dan menampung saudara-saudara seiman tersebut.
Ketika sahabat-sahabat Nabi saw. kaum muhajirin tiba di Yatsrib (Madinah), mereka segera dipersaudarakan dengan orang-orang Anshar. Di antaranya Abdurrahman bin Auf dengan Sa’ad bin Raby yang kemudian menawarkan separuh hartanya dan 1 dari 2 istrinya untuk Abdurrahman bin Auf. Jika Sa’ad memiliki sifat itsar, maka kebalikannya Abdurrahman bin Auf memiliki sifat iffah (memelihara diri dari meminta-minta). Ia menolak halus tawaran Sa’ad bin Raby dan hanya minta ditunjukkan pasar. Ia pun berusaha sampai berhasil dalam perniagaannya bahkan merintis dan membangun pasar Ukaz yang menandingi pasarnya Yahudi.
Di ayat kesembilannya disebutkan ada orang Anshar yang tulus mencintai, tanpa pamrih dan dan mengutamakan kawan lebih dari diri sendiri, meskipun mereka merasa lapar. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, merekalah orang yang berbahagia dan beruntung.
Dalam hadits riwayat muslim dari Abu Hurairah, sepasang suami istri yang memenuhi perintah Rasulullah untuk memberi makan musafir yang kelaparan itu adalah Abu Thalhah dan Ummu Sulaim/ Rumaisha binti Milhan. Mereka sendiri malam itu segera menidurkan anak-anak mereka yang lapar dan berpura-pura makan agar tamu mereka makan dengan tenang.
Padahal yang sedang disantap oleh tamu mereka itu adalah saru porsi terakhir yang mereka miliki hari itu.
Di ayat 9 tersebut Allah menegaskan “Wa yu’ tsiruuna alaa anfusihim walau kana bihim khashan’shah” (mereka itsar terhadap orang lain dibanding ke diri mereka sendiri walaupun mereka sendiri kelaparan).
Ketika keesokan hari Rasulullah berjumpa dengan Abu Thalhah, beliau bersabda, “Sungguh Allah sangat gembira (tersenyum) menyaksikan perbuatan Anda berdua”.
Hampir kesemua istri Nabi saw. menunjukkan sifat pemurah dan itsarnya. Istri pertama yang paling dicintainya, dan tak pernah dapat dilupakannya: Khadijah menunjukkan itsar saat Rasulullah meminta pembantu Kahdijah: Zaid bin Haritsah untuk menjadi pembantunya. Beliau juga menginfqkan seluruh harta kekayaannya untuk perjuangan fisabilillah menyebarkan agama Islam.
Istri Rasulullah seperti Zainab binti Jahsy yang pandai berwiraniaga juga terkenal dermawan dan suka membantu orang lain. Saudah bunti Zum’ah istri Rasulullah yang walaupun hanya berjualan roti kuah ala Thaif pun ikut berinfaq dengan hasil dagangannya.
Ummul mukminin Aisyah ra yang terkenal kepandaiannya sekaligus juga kedermawanannya pernah mendapat uang 40.000 dirham dari baitul mal. Oleh Aisyah harta itu segera di bagi-bagikan kepada fakir miskin sampai-sampai lupa menyisihkan sedikit saja untuk dirinya. Sampai ditegur Ummu Burdah yang membantunya, “Ya Ummul mukminin kenapa tak kau sisihkan sedikit saja untuk membeli makanan berbuka, bukankah engkau sedang berpuasa,” “Ya Ummu Burdah, kenapa tadi tak kau ingatkan”, jawab Aisyah tenang.
Kisah itsar yang sangat heroik terjadi pada saat perang Yarmuk. Ikrimah bin Abu Jahl seorang mujahid bersama dua sahabat yang lain terbaring dengan luka-luka sangat parah. Ketika seorang sahabat hendak memberinya minum, ia menolak dan menyuruh air itu diberikan ke teman di sebelahnya. Ketika air itu akan diberikan kesebelahnya, orang tersebut juga menyuruh diberikan lagi ke sebelahnya pula. Ia memilih mengalah pula pada saat-saat yang penting tersebut. Namun orang ketiga yang dimaksud sudah meninggal, ketika kembali lagi si pemberi minum ke sahabat yang tengah, ternyata ia sudah syahid juga.
Dan ketika beranjak ke Ikrimah, ia pun telah syahid. Subhanallah dalam detik-detik terakhir kehidupan atau di saat-saat kritis sekalipun mereka tetap menjaga itsar mereka.
Penutup
Hal yang sangat kontras terjadi pada kita, saat kita menoleh ke kondisi umat Islam saat ini yang terpecah-pecah, tercabik-cabik dan terkotak-kotak.
Doa Nabi saw. yang dikabulkan saat meminta umatnya diselamatkan dari bahaya banjir dan kelaparan dan tidak dikabulkan saat meminta umatnya diselamatkan dari bahaya perpecahan, seyogianya membuat kita berfikir bahwa kerja mempersatukan umat adalah kerja besar yang harus diikhtiarkan secara maksimal baru kemudian Allah berkenan membantu (QS 13:11)
Bila kita melihat QS 3:103, nyata jelas bahwa hanya dengan sama-sama I’tisham bi hablillah (berpegang teguh di jalan Allah) sajalah, persatuan hati dan persaudaraan akan terwujud.
Maraji’
Fiqhul Ukhuwah Islamiyah, Dr Abdul Halim Mahmud; Risalatul Usrah; Imam As Syahid Hasan Al-Bana; Khuluq Al muslim; Muhammad Al Ghozali; Mensucikan jiwa; Said Hawa; Ihya ‘Ulumuddin; Imam Al Ghazali; Mamarratul Ukhuwatul Islamiyah; Abdullah Nashih Ulwan.
Wallahu a’lam.
Belum ada judul
Bismillah..
Mau nulis apa yaaa...?
Inginnya rutin blog ini ku isi dengan karya, tapi apa daya tangan tak sampai, lho... maksudya apa daya keterbatasan manusia tak bisa selalu merangkai kata menjadi sebuah karya. Namun, meskipun begitu ku tak mau otakku tumpul berfikir, tanganku kaku untuk mengetik, apalagi sampai hatiku beku, na'udzubillah tsumma na'udzu billah... makanya aku harus tetap menulis. Ga ada ide, tetep nulis, ga punya duit tetep nulis (kekeh nya...), ga ada laptop nulis di buku, ga ada buku di kayu, pelepah pisang, atau di tulang hewan...(lho, kok kaya ceritanya zaman ustman ya pas membukukan Al Qur'an..hehe).
Nah, belum muncul juga kan idenya. it's ok.. ga masalah, yang penting otak kita masih digunakan untuk berfikir . ngetak ngetikk gini aja kan perlu mikir, lumayan lah .. olah otak.
Haiii... Ide.. dimanakah dirimu ? Where are you..?
Yapz,,,!! Ahaa !!
menemukan ide kah ?
Nggak juga. It's ok...
hmm....
Zzzzz.....
Itsar....
Tiing !
kata kunci !!!
Itsar adalah .....
di lanjut ntar yaa....
Mau nulis apa yaaa...?
Inginnya rutin blog ini ku isi dengan karya, tapi apa daya tangan tak sampai, lho... maksudya apa daya keterbatasan manusia tak bisa selalu merangkai kata menjadi sebuah karya. Namun, meskipun begitu ku tak mau otakku tumpul berfikir, tanganku kaku untuk mengetik, apalagi sampai hatiku beku, na'udzubillah tsumma na'udzu billah... makanya aku harus tetap menulis. Ga ada ide, tetep nulis, ga punya duit tetep nulis (kekeh nya...), ga ada laptop nulis di buku, ga ada buku di kayu, pelepah pisang, atau di tulang hewan...(lho, kok kaya ceritanya zaman ustman ya pas membukukan Al Qur'an..hehe).
Nah, belum muncul juga kan idenya. it's ok.. ga masalah, yang penting otak kita masih digunakan untuk berfikir . ngetak ngetikk gini aja kan perlu mikir, lumayan lah .. olah otak.
Haiii... Ide.. dimanakah dirimu ? Where are you..?
Yapz,,,!! Ahaa !!
menemukan ide kah ?
Nggak juga. It's ok...
hmm....
Zzzzz.....
Itsar....
Tiing !
kata kunci !!!
Itsar adalah .....
di lanjut ntar yaa....
Kamis, 09 Februari 2012
Selasa, 31 Januari 2012
Bismillahirrahmanirrahiim.....
Hari ini 1 Februari 2012 bertepatan dengan 9 Jumadil Akhir 1433 H.
Setiap saat melakukan perbaika, setiap saat melakukan muhasabah , setiap saat harus menjadi lebih baik. semoga awal ini bisa jadi titik tolak pengingat bahwa waktunya tak lama lagi.waktunya tinggal menghitung hari. waktunya bergegas dan melepaskan diri dari berleha-leha.
Flash back 3 tahun lalu serasa ada secuil sesal namun segera sirna, karena ingat mimpi di depan sana lebih indah untuk segera dicapai dari pada melulu meratapi penyesalan.
Semangat... !!!
Setiap saat melakukan perbaika, setiap saat melakukan muhasabah , setiap saat harus menjadi lebih baik. semoga awal ini bisa jadi titik tolak pengingat bahwa waktunya tak lama lagi.waktunya tinggal menghitung hari. waktunya bergegas dan melepaskan diri dari berleha-leha.
Flash back 3 tahun lalu serasa ada secuil sesal namun segera sirna, karena ingat mimpi di depan sana lebih indah untuk segera dicapai dari pada melulu meratapi penyesalan.
Semangat... !!!
Senin, 30 Januari 2012
MENCARI KEBENARAN
Saat kuliah, Kia mempunyai teman bernama Ferdy. Menurutnya kisah hidup Ferdy cukup menarik untuk dikembangkan menjadi sebuah cerita. Meski tak banyak yang Kia tau tentang tokoh Ferdy ini, namun dari secuil kisahnya yang Ia dapat dari sahabat dekat Ferdy yang tak lain adalah sahabat Kia juga, muncullah inspirasi sebuah alur cerita yang coba Kia kembangkan.
Ferdy termenung sendiri di atas motor besarnya. Sesekali Ia mengepalkan tangannya sambil mengatupkan bibirnya erat-erat dan mengadu gigi-giginya dengan gemas. Rupanya sesuatu sedang mengganggu pikirannya. Ini bukan kali pertama Ferdy menyendiri. Setiap kali ada masalah sikapnya selalu dingin, dan sensitif. Selalu memilih sendiri dan tak jarang Ia nekat melakukan hal-hal yang merugikan dirinya sendiri.
"Pagi Ferdy," Sapa Sekti, teman sekelas Ferdy. Namun sapaan hangatnya itu tak berbalas hangat. Dari raut mukanya saja Sekti sudah mengerti Ferdy sedang bad mood.
"Kamu lagi sensi ya Fer ?" Tanya Oman iseng.
Ferdy menatap sinis kepada Oman.
"Weiss.., sorry bro, Piiss.." Mata sinis Ferdy membuat Oman enggan menggodanya.. diacungkannya kedua jari telunjuk dan tengahnya tanda 'damai'.
Kalau sudah begitu jangan harap ada yang berani menegur 'si sensi', Ferdy. Beruntung teman-teman sekelasnya mengerti dengan wataknya yang tempramental. Tapi sifat seperti ini tak ayal mengganggu dirinya sendiri dan juga mengganggu orang lain.
Ferdy memang sangat tertutup. Kepada teman-teman yang peduli padanya pun Ia enggan berbagi.
Langkah kaki Ferdy menuju sebuah bangku kosong di sudut pujasera kampus. Jemarinya mengetuk-ngetuk meja, menunggu makanan pesanannya datang.
"Fer, tadi kamu kemana aja, kok nggak masuk jamnya Pak Kartono ?" Tanya Sefri yang tiba-tiba datang dan langsung duduk di samping Ferdy.
"Males aja, emang kenapa ?" Jawab Ferdy singkat.
"Sewot bener kayaknya.. Ada masalah ?" Tanya Sefri ramah.
"Bukan urusan kamu." Tukas Ferdy.
"Okelah kalo nggak mau diganggu, aku ke masjid dulu. Oya, minggu depan masuk jamnya Pak Kartono ya, katanya mau quiz." Jelas Sefri, lalu pergi meninggalkan Ferdy.
Kumandang adzan ashar telah memanggil. Ferdy memandang gerombolan teman-temannya menuju masjid sambil termenung. Lantunan adzan itu menenangkan hati Ferdy yang semula dibalut amarah. Ia mencoba meresapi kumandang adzan meskipun tak mengerti artinya. Ia seperti menemukan kedamaian setiap kali mendengar adzan.
'Nyanyian itu seperti sebuah panggilan...' Gumam Ferdy.
@sf@
"Mama mana Bi ?" Tanya Ferdy sepulang kuliah pada Bi Inah, pembantunya.
"Mama Aden tadi nitipin ini buat Den Ferdy, Katanya Ibu baru pulang lusa dari Singapura. Ini Den.." Bi Inah menyodorkan sebuah amplop pada Ferdy.
"Keluar negeri lagi ?" Ferdy membuka amplop yang ternyata berisi uang dan secarik kertas berisi pesan.
'Mama mungkin baru bisa pulang lusa. Kalau uangnya kurang hubungi Mama ya, nanti Mama transfer uangnya.'
Ferdy menghela nafas. Ironis, kebahagiaan di mata orang tuanya ternyata tak lebih dari lembaran-lembaran rupiah.
"Papa Bi ?" Tanya Ferdy lagi.
"Tuan kan belum pulang Den dari luar kota." Jawab Bi Inah.
Ferdy termenung di kamar. Di rumah yang megah, Ia bagaikan burung dalam sangkar emas. Sendirian. Meski bergelimang harta, tapi hidupnya tak bahagia. Karena kedua orang tuanya sibuk dengan pekerjaannya, pulang pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri, sejak kecil Ferdy yang anak tunggal di rawat oleh Bi Inah, pembantunya.
Ferdy mencoba menelpon Mama dan Papanya, namun hasilnya sia-sia. Berkali-kali dicoba tetap saja tak ada jawaban. 'Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. cobalah beberapa saat lagi'.
Ferdy mengambil selembar kertas dan bolpoin.
'Ma, Pa tolong jawab telponku. -Ferdy-'
Ferdy seolah menuliskan pesan di kertas lalu namun kertas itu lalu ia lipat-lipat menjadi sebuah burung. Dihempaskannya burung-burungan dari kertas itu ke dalam kotak di sudut kamarnya. Kotak yang tak ubahnya seperti kotak sampah, berisi banyak bentuk benda dari lipatan kertas. Dari mulai kertas berbentuk bola dengan bekas remasan tangan, bunga, belalang, kupu-kupu, dan burung.
Curahan hati Ferdy telah menggunung dalam kotak berisi origami itu. Pesan yang tak sampai dan mungkin tak kan pernah berbalas.
Keesokan harinya..
"Mama Papa udah pulang Bi ?" Tanya Ferdy sepulang kuliah.
"Tadi pagi sudah pulang Den, tapi langsung pergi lagi. Katanya Tuan dan Nyonya ada pertemuan di Puncak sampai besok Den." Tutur Bi Inah.
'Mama dan Papa sibuk. jadilah anak baik di sekolah.-Mama & Papa-
Sebuah pesan masuk ke ponsel Ferdy. Ya, begitulah cara Ferdy berkomunikasi dengan orang tuanya. Kadang Ia berfikir, walaupun orang tuanya masih hidup Ia merasa seperti seorang yatim piatu. Bertemu orang tuanya menjadi hal yang sulit bagi Ferdy. Mereka selalu pergi pagi buta sebelum Ferdy bangun, dan pulang setelah larut malam, saat Ferdy tidur. Setiap bulannya mereka hanya menitipkan uang pada Bi Inah untuk keperluan Ferdy. Lalu apa bedanya dengan yatim piatu ? Bahkan Ferdy lebih merasa menjadi anak Bi Inah dari pada kedua orang tuanya.
Tok..tok..tok. Ketukan lembut membangunkan tidur Ferdy.
"Den,,Aden,, sudah siang,, Aden nggak ke gereja ?" Ucap Bi Inah dari luar kamar Ferdy.
Hari minggu, jadwalnya Ferdy untuk beribadah. Ya, Ferdy seorang Kristiani. Ayahnya adalah donatur terbesar di gereja tempat Ferdy beribadah setiap pekan. Sejak kecil Ia selalu pergi ke gereja sendiri . Kedua orang tuanya menyuruhnya rajin berdoa ke gereja tapi mereka sendiri sudah tak pernah lagi ke gereja, karena sibuk bekerja. Entah kapan terakhir kali Ferdy pergi bersama kedua orang tuanya.
Bi Inah seorang Muslim, namun sebagai tanda pengabdiannya, Ia selalu mengingatkan Ferdy untuk beribadah. Setidaknya itu pesan orang tua Ferdy padanya.
Ferdy mengendarai motornya pelan, menuju gereja. Namun di persimpangan jalan tiba-tiba Ia berubah pikiran. Ia membelokkan setir motornya ke arah yang berlawanan dengan geraja.
Ferdy memarkir motornya di depan pendopo kampus. Baru saja Ia turun dari motornya sebuah suara memanggilnya dari belakang.
"Ferdy," Itu suara Sekti, teman sekelas Ferdy.
"Ngapain ?" Tanya Sekti.
"Tadinya mau ke gereja, tapi..nyasar kesini.hehe." Kata Ferdy asal.
"Kenapa lagi kamu ?" Tanya Sekti seolah mengerti perasaan Ferdy.
"Nggak apa-apa, aku pengen ke kampus aja."
Sekti termasuk teman dekat Ferdy. Meski Ferdy jarang menceritakan masalahnya pada siapapun, Sekti termasuk orang yang mengerti Ferdy. Ia sedikit banyak tahu masalah yang dihadapi Ferdy.
Sekti terdiam sambil memandangi sahabatnya. Pikirannya melayang pada kejadian 2 bulan lalu..
@sf@
"Keluarga macam apa ini ?!" Pekik hati Ferdy berontak.
Malam itu Ferdy mengambil kunci motornya dan pergi dengan membawa amarah pada orang tuanya. Tak bisa dibendung lagi tekanan yang Ia rasakan. Setelah pertengkaran hebat dengan orang tuanya itu Ferdy kabur dari rumah. Dengan pipi lebam akibat tinju yang dilayangkan ayahnya, Ferdy menggas motornya dengan kencang. Ia mengendarai motor seolah-olah ingin menabrak apapun yang ada di depannya.
Pikirannya kalut, dadanya terasa sesak. Di benak Ferdy mungkin tak pernah mengharapkan semua limpahan kekayaan dari orang tuanya, yang Ia inginkan hanya sebuah keluarga yang sewajarnya keluarga. Dan Ia tak bisa dapatkan itu.
Jalanan yang mulai gelap dan licin akibat gerimis tak membuat Ferdy mengurangi kecepatan laju motornya. Bayangan wajah ayahnya yang marah dan pukulan hebat yang bersarang di pipi kirinya berkelebatan di pikiran Ferdy membuat laju motor Ferdy kian membabi buta.
Sampai pada suatu tempat, motornya berhenti tepat dihadapan sebuah pohon besar.
"Kenapa aku harus dilahirkan jika akhirnya aku ditelantarkan !! kenapa ?!" Teriak Ferdy.
"Apa salahku ?! selalu saja meninggalkanku sendiri... "
"Kenapa selalu memaksaku mengerti semua yang tak ku mengerti,,, !" Tangis dan marah Ferdy tumpah. Saking kesalnya Ferdy memukul mukulkan tangannya pada batang pohon hingga jari-jarinya berlumuran darah.
Setelah puas melampiaskan kemarahannya, Ferdy terduduk lemas dibawah pohon, meratapi nasibnya. Ia pandangi tangannya yang penuh luka dan darah. Namun, luka di tangannya mungkin tak seberapa sakit dibandingkan dengan sesak hatinya akibat perilaku orang tuanya.
Tak berapa lama, suara adzan pun kembali memanggil-manggil jama'ahnya untuk segera menunaikan sholat Isya.
"Tuhan.. Tuhan ?" Terbersit tanya dalam benaknya, Adakah campur tangan Tuhan dalam hal ini?.
'Apakah panggilan itu juga untukku?' Dalam hati Ferdy bergumam,
Dengan gontai Ferdy melangkahkan kakinya mengikuti kata hatinya menuju masjid. Ia memandang orang-orang yang sholat dengan tatapan nanar. 'Kenapa aku tidak merasakan ketenangan seperti ini saat di gereja ? perasaan apa sebenarnya ini ?' .
Batin Ferdy selalu gusar memikirkan getaran apa gerangan yang ada dalam hatinya, setiap kali mendengar kata Islam dan lantunan adzan. Terus dan terus Ferdy memikirkan hal itu. Sayup-sayup terdengar pula lantunan ayat suci al qur'an dari mushola dan masjid-masjid sekitar. Ferdy memejamkan matanya, hatinya tentram. Ferdy terlelap..
"Ferdy..?"
Ferdy merasakan ada yang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Perlahan Ia bangun dari lelapnya dan menemukan sesosok yang tak asing lagi di hadapannya.
"Sekti.." Ucap Ferdy lemah.
"Kenapa kamu disini ?" Tanya Sekti heran menemukan seorang Ferdy 'terdampar' di teras masjid.
"Kamu habis berkelahi ?" Sekti menatap tangan Ferdy yang berdarah dan mukanya yang lebam.
Ferdy hanya menggelengkan kepalanya lemah.
Sekti membawa Ferdy ke rumah salah seorang tetangganya agar luka di tangannya diobati.
"Aku kabur dari rumah, aku nggak tahan lagi." Ferdy mulai bercerita kronologis kejadiannya sampai dia terdampar di teras masjid.
"Sekarang kamu mau kemana?" Tanya Sekti.
Ferdy mengangkat kedua bahunya. "Aku bisa kemana saja, asalkan tidak ke rumahku." Ucap Ferdy datar.
Meski belum begitu mengerti apa yang terjadi pada temannya itu, Sekti tak menanyakannya lagi, Ia cukup faham, dengan watak Ferdy yang tempramental, sangat mungkin berpeluang untuk mendapatkan masalah. Ia membiarkan Ferdy sementara ini tinggal di rumah tetangganya itu.
"Jangan hubungi keluargaku. Aku hanya semalam disini, besok aku tak kan mengganggumu lagi." Sambung Ferdy.
Sekti tersenyum. "Aku tidak akan menghubungi keluargamu. Dan aku juga tidak merasa terganggu sama sekali Fer.." Kata Sekti menenangkan.
"Tapi maaf aku nggak bisa bawa kamu ke rumahku." Lanjut Sekti.
"Aku ngerti. Aku merasa lebih tenang sekarang. Makasih Sekti.." Ucap Ferdy.
@sf@
Sejak saat itulah Sekti merasa Ferdy membutuhkan orang yang bisa membantunya. Sekti menjadi sangat ingin melindungi Ferdy. Menolongnya saat ia membutuhkan pertolongan.
"Sekti, coba ceritakan tentang keluargamu." Kata Ferdy.
"Keluargaku ? kenapa nanya itu ?" Tanya Sekti.
"Apa keluargamu sering meninggalkanmu ? Apa keluargamu selalu memberi apa yang kamu butuhkan ?" Ferdy bertanya tapi seolah ingin bercerita.
"Apa semua orang tua selalu menilai kebahagiaan anaknya dengan seberapa banyak harta yang mereka berikan ?" Lanjut Ferdy.
Sekti hanya mendengarkan dengan seksama pertanyaan-pertanyaan yang diajukan Ferdy. Ia paham, itu semua pasti yang dirasakan Ferdy selama ini.
"Kenapa nggak jawab ?" Tanya Ferdy.
"Oh, Kamu udah selesai bertanya ? baiklah, begini..." Sekti tersenyum dan mulai mengeluarkan petuah-petuah untuk temannya.
"Sebuah keluarga itu seperti pemerintahan. Ada kepala keluarga yaitu Ayah, asisten kepala yaitu Ibu, dan staff-staffnya yaitu kita, putra dan putri mereka." Sekti mencoba menjelaskan dengan bahasa yang sederhana.
"Lalu bagaimana jika staffnya ditelantarkan oleh para pemimpinnya ?" Tanya Ferdy.
"Sebuah pemerintahan tentu ada peraturan yang telah disepakati. Dan sesuai hukum yang berlaku." Jawab Sekti.
"Oiya, apa sebelumnya di keluargamu sudah ada kesepakatan ? hehehe.." Sekti mencoba mencandai Ferdy.
"Kayaknya keluargaku bahkan belum layak disebut keluarga." Jawab Ferdy sendu. Sepertinya usaha Sekti mencandai Ferdy gagal.
"Eh, katamu ada hukum yang berlaku ? hukum apa yang mengatur 'pemerintahan keluarga' ?" Tanya Ferdy kritis.
"Oo...iya, tentu saja hukum Allah subhanahu wata'ala. Tuhan semesta alam." Jawab Sekti semangat.
"Seperti apa hukum-hukumnya?" Tanya Ferdy lagi. Pertanyaannya mulai serius, rupanya Ia ingin mencari tahu jawaban dari kegundahan hatinya selama ini.
Sekti tersenyum melihat antusias Ferdy bertanya tentang hukum Allah. 'Alhamdulillah..' Gumam Sekti dalam hati.
@sf@
Sekti tengah sibuk menyiapkan konsumsi untuk acara KAMUS NEGARAWAN alias Kajian Muslim Negarawan, yaitu agenda rutin yang diselenggarakan oleh salah satu organisasi kemahasiswaaan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) setiap kamis sore.
Drrtt..Drrtt..
Getar handphone membuat Sekti kaget, hampir saja Ia menjatuhkan piring berisi snack konsumsi ditangannya.
'Aku boleh hadir di KAMUS NEGARAWAN ???'
Rupanya pesan dari Ferdy. Senyum terkembang di bibir Sekti, 'semoga ini awal yang baik untuknya'. Batin Sekti berharap. Segera Ia balas pesan Ferdy.
'Tentu saja. Silahkan'
Materi kajian kali ini adalah tentang "Mengenal Allah Lebih Dekat" yang akan disampaikan oleh Ustadz Suherman dan dimoderatori oleh Feri, rekan kerja Sekti di KAMMI.
Ustadz Suherman mulai menerangkan bahwa betapa Allah begitu dekat, lebih dekat dari urat nadi manusia, dan tiada Tuhan yang wajib kita sembah selain Allah swt.
"Ada dua cara untuk mengenal Allah swt, yaitu dari ayat-ayat Al Qur'an (ayat-ayat qauliyah) dan dari tanda-tanda kebesaranNya, yaitu alam semesta ciptaanNya (ayat-ayat qauniyah)......"
Ferdy mendengarkan dengan baik apa yang disampaikan Ustadz. Setelah Ustadz menjelaskan semuanya, Ia tergelitik untuk bertanya tentang misteri kegelisahan hatinya selama ini. Ferdy memberanikan diri mengacungkan tangannya saat sesi tanya jawab.
"Ustadz, kata Ustadz tadi Tuhan itu Esa. Lalu mengapa ada banyak agama selain Islam di dunia ini ?" Tanya Ferdy.
Semua mata teman-teman tertuju pada Ferdy. Tatapan heran menghujani Ferdy, mengapa dia menghadiri kajian umat muslim?.
"Pertanyaan yang bagus. Dalam surat Al- Ikhlas diterangkan, "Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa. Dialah Tuhan yang bergantung kepadaNya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak di peranakkan. Dan tidak ada yang setara dengan Dia."
Ustadz terdiam sejenak, lalu melanjutkan, " Dahulu para nabi dan rasul datang dengan membawa risalah illahi ini, yaitu menyampaikan keesaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Sebagai umat Islam kita wajib menjalankan risalah yang dibawa oleh para utusan Allah, yaitu meyakini dengan sepenuh hati kebenaran dan keesaan Allah. Namun, Allah telah menerangkan dalam Al Qur'an bahwa ada sebagian dari mereka yang beriman, dan sebagian lagi mengingkarinya. Dan Allah Maha mengetahui mana yang benar."
"Bagaimana, sudah jelas akhi..?" Tanya Ustadz pada Ferdy.
Sekti tersenyum mendengar Ustadz memanggil Ferdy dengan sebutan 'akhi'.
"Lalu bagaimana dengan agama orang-orang Kristen Ustadz ? apa agama mereka salah?" Satu pertanyaan lagi dilontarkan Ferdy demi memuaskan rasa penasarannya.
"Baiklah, untuk hal itu baca surat An-Nisa : 171, 'Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu[383], dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya[384] yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya[385]. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara.'
[383]. Maksudnya: janganlah kamu mengatakan Nabi Isa a.s. itu Allah, sebagai yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani.
[383]. Maksudnya: janganlah kamu mengatakan Nabi Isa a.s. itu Allah, sebagai yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani.
[384]. Maksudnya: membenarkan kedatangan seorang nabi yang diciptakan dengan kalimat kun (jadilah) tanpa bapak yaitu nabi Isa a.s.
[385]. Disebut tiupan dari Allah karena tiupan itu berasal dari perintah Allah.
[385]. Disebut tiupan dari Allah karena tiupan itu berasal dari perintah Allah.
Wallahu a'lam bish showaab.."
Setelah mendengarkan penjelasan Ustadz, Ferdy merasa yakin inilah jawaban atas kegundahan hatinya, mengapa ia selalu merasa tentram saat mendengar lafad Allah, konsep Islam tentang Tuhan yang menurutnya paling rasional dan sesuai dengan yang ada dalam pikirannya selama ini.
"Bagaimana ? ada pertanyaan lagi akhi ?" Tanya Ustadz.
"Iya, terima kasih Ustadz. Saya mengerti." Jawab Ferdy tersenyum mantap.
Sekti dan teman-temannya tersenyum melihat Ferdy. Meskipun Ia kadang tempramental dan susah ditebak emosinya, kini Ia ada sedikit kemajuan.
'Semoga hidayah cepat datang padanya' Do'a Sekti untuk sahabatnya, Ferdy.
@sf@
Sudah larut malam Ferdy sampai di rumahnya. Tampak mobil orang tuannya terparkir di depan. berarti Papa Mama pulang. Katanya dalam hati.
"Pa, Ma.." Ferdy mencium tangan kedua orang tuanya yang telah menunggunya di meja makan.
"Apa kabar Ferdy ? Apa kamu jadi anak nakal selama Papa Mama nggak ada ?" Tanya Mama sambil membelai rambut Ferdy lembut.
"Ndak ko' Bu.. Den Ferdy ndak nakal selama ditinggal Ibu sama Bapak.." Jawab Bi Inah sambil tersenyum.
"Bagus lah, apa yang kamu perlukan Ferdy ? apa uang yang Papa Mama kasih kemarin masih cukup ?" Sekarang giliran Papa mengabsen uang jajan Ferdy.
"Masih Pa, " Jawab Ferdy singkat.
"Emm.. Pa, Ma, apa minggu ini Papa sama Mama ada di rumah ?" Tanya Ferdy hati-hati.
"Memangnya ada apa Fer ? memangnya sekolahmu sudah libur minggu ini,, kamu pasti mau minta liburan, ya kan ?" Kata Papa.
Ferdy menggelengkan kepalanya.
"Lalu kenapa ?" Tanya Mama.
Baru saja Ferdy ingin menjelaskan maksudnya, dering handphone Papa menahannya.
"Tunggu sebentar ya, Papa angkat telpon dulu."
Tinggal Mama harapan Ferdy. Ia hendak menjelaskan pada Mamanya terlebih dulu, namun...lagi-lagi, kini handphone Mama berdering.
"Tunggu sebentar ya Nak.."
Tinggal kini Ferdy sendiri di meja makan. Karena kesal merasa tak diperhatikan, Ferdy bergegas selesaikan makan lalu Ia masuk kamar.
"Ternyata sampai disitu saja perhatian mereka. Biar ku tebak, pasti itu telpon dari bos-bos mereka yang menyuruh mereka lembur minggu ini. Sehingga mereka tak punya waktu lagi untukku." Gerutu Ferdy dalam kamar.
"Aargghh !!!" Ferdy menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur dan membenamkan wajahnya di bawah bantal lalu memukul mukul kepalanya sendiri.
"Kenapa kalian selalu membuatku muak ?!!" Ferdy berteriak pada dirinya sendiri di cermin. Hampir saja Ia meninju cermin itu, namun Ia ingat pesan sahabatnya, Sekti. 'Jangan menyakiti diri sendiri, belum tentu tanganmu ini bersedia kamu sakiti terus'. Karena itu Ia urung melakukannya.
Ferdy menerawang ke langit-langit kamarnya. Kata-kata Ustadz Suherman masih terngiang-ngiang di telinga Ferdy. Jika agama Islam yang paling benar, lalu mengapa Papa dan Mamanya beragama Kristen, sehingga Ia juga beragama Kristen? Ada yang salah dengan agamaku. Batin Ferdy. Ia berniat menanyakannya pada Sekti.
@sf@
Ferdy sampai di kampus pukul 08.45 WIB. Di depan kelas Sekti sudah menunggunya. Ferdy tersenyum, Ia ingat ada yang ingin Ia tanyakan pada Sekti.
"Hey, Sekti..." Sapa Ferdy hangat. Namun Ferdy sadar wajah Sekti tak seceria biasanya.
"Ini.." Sekti menyodorkan amplop putih padanya.
"Untukku ? SP lagi Ya..?" Ferdy tampak santai menerima amplop yang berisi Surat Peringatan dari kampus. Ini kali kedua Ia menerima SP. Itu berati, tinggal satu kesempatan lagi untuknya, jika Ia mengulangi kesalahannya, Ia benar-benar mendapatkan keputusan Drop Out dari kampus.
"Mau kamu apa si Fer ? kamu dapet SP2, tapi kamu santai aja. Harusnya kamu prihatin.." Kata Sekti. Sekti terlihat agak kesal sekaligus prihatin dengan keadaan sahabatnya. Ia khawatir temannya tidak punya kesempatan lagi, mengingat sikapnya yang cuek dan tak acuh terhadap dirinya sendiri.
"Kenapa kamu yang sewot ? aku tahu ko' apa yang aku lakuin." Kata Ferdy dengan nada dingin.
"Bukan gitu, tapi aku khawatir sama kamu. kamu bisa nggak sih serius kuliah mulai sekarang ?" Sekti berusaha menasehati Ferdy.
Ferdy terdiam sejenak.
"Apa kamu kasian padaku ?" Mata Ferdy menatap tajam wajah Sekti.
Sekti merasa tak nyaman dipandang seperti itu, Ia mendorong tubuh Ferdy hingga hampir terjatuh.
"Maaf Ferdy.. Aku hanya peduli padamu, karena kamu temanku... " Ucap Sekti.
"Apa kamu nggak kasian sama orang tuamu yang membiayai kuliahmu ?" Kata Sekti.
"Orang tuaku ?! Bahkan mereka pun nggak peduli padaku. Kenapa kamu berani mencampuri urusanku ?" Kata Ferdy dengan nada meninggi.
"Masalah SP, itu bukan urusan kamu!!." Bentak Ferdy sambil berlalu begitu saja dari hadapan Sekti.
"Astaghfirullahal 'adziim.." Lirih Sekti.
Satu minggu setelah kejadian itu adalah hari-hari yang berat di kampus. Ada ujian dan quiz setiap harinya, belum lagi tugas dan praktikum di bengkel yang makin melelahkan. Khususnya untuk jurusan Ferdy dan Sekti, yaitu Teknik Konversi Energi minggu ini adalah penentuan, karena akan ada UAS juga alias Ujian Akhir Semester. Bagi tingkat 2 seperti Sekti dan Ferdy, UAS ini menentukan pembagian bidang di tingkat 3 nanti, yaitu bidang Utilitas dan bidang Audit. Di tingkat 2 ini jugalah kesempatan terakhir para dosen bisa men-DO mahasiswanya. Karena kemungkinan DO (Drop Out) tidak diberlakukan bagi mahasiswa yang telah tingkat 3.
Sekti menatap bangku kosong di belakang tempat duduknya. Itu bangku Ferdy. Ferdy lagi-lagi bolos kuliah.
"Sekti, kemana temanmu Ferdy ?" Tanya Pak Kartono.
"Saya... nggak tahu Pak," Jawab Sekti.
"Kamu kan teman dekatnya,, tolong kamu beritahu dia, kalau dia mau lulus mata kuliah saya dia harus menghadap saya segera minggu ini." Perintah Pak Kartono. Dosen yang terkenal killer di kelas.
"Baik Pak," Sekti mengangguk gugup mengiyakan perintah dosennya.
Berkali kali Sekti mencoba menghubungi ponsel Ferdy namun hasilnya nihil. Tak ada balasan sms, telpon pun tak dijawabnya.
"Kemana sih Ferdy...? " Sekti tak henti-hentinya mondar mandir kesana kemari memikirkan nasib temannya. Yang sedang dipikirkan entah sedang berada dimana, apa dia memikirkan dirinya sendiri atau tidak.
'Heeuh, dia selalu bikin orang khawatir..' Gerutu Sekti kesal.
@sf@
Waktu penentuan nilai tinggal dua hari lagi. Tapi Sekti belum berhasil membawa Ferdy menghadap Pak Kartono.
"Ferdy.."
Ferdy tiba-tiba ada di hadapan Sekti. Dengan muka masam dan sangat memprihatinkan, tatapan Ferdy seolah meminta Sekti untuk mengikutinya. Mereka berjalan ke arah taman belakang GKB (Gedung Kuliah Baru). Disebut Gedung Kuliah Baru, karena gedung itu baru dibangun satu tahun yang lalu.
"Kamu kenapa Ferdy ?" Tanya Sekti penuh kekhawatiran. Dalam benaknya, sesuatu pasti telah menimpa sahabatnya.
Ferdy mencoba menegakkan kepalanya yang sedari tadi tertunduk. Sekti melihat bola mata Ferdy berusaha membendung air matanya.
"Waktu itu aku mabuk, aku muak dengan orang tuaku yang selalu meninggalkanku sendiri. Aku ingin satu jam saja mereka disampingku. Tapi mereka sepertinya tak menganggapku."
"Dasar anak tak tau diri ! kamu mau jadi apa Hah ?!! mau jadi jagoan..?! sudah berani mabuk-mabukan ! mau kamu apa sebenarnya ?!!"
"Omelan dan makian aku terima dari mereka. Karena aku mabuk, omonganku pun nggak terkontrol."
"Aku mau Papa Mama tau, kalo aku nggak bahagia dengan ini semua. Aku muak ! aku benci kalian berdua ! aku menyesal jadi anak Papa dan Mama !"
"Ku kira mereka akan sadar, tapi ternyata Papa semakin marah, dan terus memukuliku. Mama hanya bisa mengomel dan tak bisa berbuat apa-apa. Bi Inah yang coba menolongku pun tak bisa berkutik karena di ancam akan dipecat."
"Saat itulah aku tahu.. mereka..." Kata-kata Ferdy tercekat oleh tangis yang semakin ta tertahankan lagi.
"Mereka.., knp?" Tanya Sekti hati-hati.
"Mereka.. bukan orang tuaku." Jawab Ferdy mencoba menegarkan diri.
Sekti terdiam sejenak, Ia berusaha menyembunyikan keterkejutannya.
"Papamu cuma emosi sesaat mungkin.." Ucap Sekti mencoba menghibur.
"Awalnya aku pikir begitu. Tapi..."
Ferdy terdiam sejenak,
"Aku masih ingat, dan aku nggak mungkin salah, Papa mengatakan.."
"Aku juga menyesal sudah mengangkatmu sebagai anak ! Harusnya aku biarkan kamu jadi gelandangan 20 tahun lalu!!"
Sekti menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan. Hampir saja Ia berteriak karena kaget. Mendengar ceritanya saja Sekti sudah bisa merasakan bagaimana sakitnya perasaan Ferdy.
"Bukankah itu cukup untuk membuktikan aku memang bukan anak mereka." Kata-kata Ferdy lirih. Mendengar hal itu hati siapa yang tak tersayat.
Beberapa detik mereka berdua hening. Hanya ada isak tangis Ferdy.
"Kamu nggak sendiri Ferdy, Tuhan pasti bersamamu.." Sekti mencoba menguatkannya. Namun tangis Ferdy semakin tak terbendung.
"Tuhan..?" Ferdy menghentikan tangisnya sekejap, kemudian kembali tertunduk dalam tangisnya.
"Bahkan aku ragu, Tuhan mau menerimaku." Ucap Ferdy terbata-bata.
"Nggak Ferdy, Allah Maha Pengampun. Allah Maha Penyayang pada hambanya yang mau bertaubat," Kata Sekti. Ferdy menatap mata Sekti yang berkaca-kaca.
"Kembalilah pada fitrahmu Fer, kembalilah pada Islam." Ucap Sekti pelan namun penuh keyakinan. Sekti yakin Ferdy ingin sekali masuk Islam. Dan inilah saat yang tepat untuk meyakinkannya.
"Apa aku bisa sepertimu?" Tanya Ferdy.
Sekti tersenyum sambil menggenggam tangan kanannay.
"Semangat !"
Mereka berdua tersenyum dalam tangis.
"Ya, Semangat !" Ucap Ferdy sambil mengikuti gaya Sekti.
Merekapun lega. Satu kenyataan terungkap dalam hidup Ferdy. Setidaknya itu mungkin akan mempermudah Ferdy membuat suatu keputusan dalam hidupnya kelak. Tak bergantung pada orang tuanya lagi dan tak mengalami tekanan lagi.
"Oiya, ayo.." Kata Sekti tiba-tiba.
"Kemana ?" Tanya Ferdy.
"Ya ke Pak Kartono lah. Kamu di cari beliau dari kemarin."
Sekti dan Ferdy berjalan, atau lebih tepatnya setengah berlari menuju ruang Pak Kartono.
"Permisi Pak, Ini.. Ferdy Pak.." Ucap Sekti gugup.
Sekti menemani Ferdy menghadap dosen paling killer itu. Ini bukan yang pertama kalinya Ferdy dipanggil dosen gara-gara nilainya yang buruk. Dan ini bukan pertama kalinya juga Sekti yang membantu meloby dosen agar mau memberikan kesempatan pada Ferdy untuk memperbaiki nilainya.
Ya..sistem DO yang diberlakukan di kampus memang cukup memberikan tekanan pada para mahasiswanya. Agar selamat dari ancaman DO, para mahasiswa harus sungguh-sungguh belajar dan mematuhi aturan dosen. Jika berkelit sedikit saja, melanggar peraturan atau berleha-leha dengan nilai E, maka siap-siaplah mendapat 'surat cinta' Drop Out dari kampus.
"Saya kasih kamu waktu sampai besok untuk mengumpulkan semua tugas-tugas yang belum kamu selesaikan. Mulai dari tugas individual maupun kelompok. Terserah bagaimana caranya, saya mau besok sebelum jam 08.00 harus sudah ada di meja saya. Mengerti ?!" Kata Pak Kartono. Tangannya memlintir-mlintir kumisnya yang tebal, membuat hati makin ciut saja.
"Bagaimana aku menyelesaikan semuanya dalam semalam ?" Tanya Ferdy melihat setumpuk buku dan kertas yang berceceran di mejanya.
"Ayo, kamu pasti bisa. aku temenin ko' sampe selesai. Ok " Kata Sekti memberi semangat.
Huuff.. Ferdy menghela nafas sambil terus mebuka lembar demi lembar buku dan menjawab soal demi soal yang ada.
"Mmm.. Aku pulang dulu ya Fer, udah malam.." Sekti berpamitan karna memang sudah malam. Jam di tangannya menunjukkan pukul 20.00, sudah saatnya Ia pulang.
Ferdy melanjutkan perjuangannya sendiri, sampai larut malam tugas-tugasnya belum juga habis. Lelah yang tak tertahankan lagi membuat punggung dan seluruh badannya serasa remuk. Ia berharap ada keajaiban datang esok hari, agar Pak Prapto mau menerima tugas-tugasnya dan merubah nilainya yang awalnya E menjadi C atau bahkan B.
@sf@
"Aduh.. Ferdy kemana ya..?"
Sudah hampir jam 07.30, namun Ferdy belum terlihat sama sekali batang hidungnya. Sampai pukul 08.00 Ferdy belum juga datang, padahal Ia harus mengumpulkan tugasnya sebelum jam 08.00.
"Akhirnya.."
Jam 8 lebih 15 menit Ferdy datang. Tanpa ba..bi..bu..lagi Ferdy dan Sekti langsung meluncur ke ruangan Pak kartono.
Jekreek..jekreek. Pintunya terkunci.
Sekti dan Ferdy mencoba membuka pintu itu namun terkunci.
"Harus bagaimana ini ?" Pekik Sekti panik.
"Pak, apa Pak Kartono belum datang ?" Tanya Sekti pada resepsionis jurusan.
"Pak Kartono mah udah pergi lagi neng, katanya mau ke Surabaya."
"Apa ?!" Sekti memnatap wajah Ferdy yang kecewa.
"Sudah terlambat. Ini salahku Sekti." Lembaran tugas itu jatuh berserakan ke lantai. Dan Ferdy yang kecewa langsung pergi dari ruangan.
Sekti mencoba mengejar Ferdy, namun terlambat. Ia sudah melaju dengan motornya.
"Nggak, ini nggak boleh terjadi. Ini belum terlambat." Sekti bergumam. Dipegangnya lembaran tugas Ferdy erat-erat.
'Aku nggak akan membiarkan usahamu sia-sia, Ferdy.' Ucap Sekti dalam hati.
Sekti berniat menemui Pak Kartono, Ia langsung meluncur ke rumah dosen itu dengan harapan Sag Dosen belum bertolak ke Surabaya seperti yang di katakan resepsionis jurusan.
"Wah, Bapak baru saja berangkat ke Bandara.." Kata seseorang di rumah Pak Kartono.
Tak putus asa, Sekti melaju motornya ke Bandara. Jika baru saja berangkat, berarti belum terlambat untuk menyusulnya.
Mata Sekti diedarkan ke seluruh penjuru bandara. Mencari sosok Pak Kartono di tengah banyak orang. Ia berlari kesana kemari, namun Pak Kartono seperti hilang ditelan kerumunan manusia. Hampir saja Ia menyerah, namun sebuah suara mengalihkan perhatiannya.
"Saya mohon, beri saya waktu Pak. Saya minta maaf karena saya telat 15 menit dari yang Bapak perintahkan. Tapi saya sudah menyelesaikan semua tugas saya. Mohon Bapak mau memeriksanya. Meskipun mungkin tidak bisa merubah nilai saya, tapi asalkan Bapak mau memeriksanya, itu sudah cukup buat saya."
"Ferdy.."
Ferdy juga ternyata menyusul Pak Kartono ke bandara.
"Alhamdulillah, Ferdy sudah lebih dulu bertemu Pak Kartono." Kata Sekti mengucap syukur. Dilihatnya dari kejauhan Ferdy berusaha membujuk Pak Kartono agar mau memberinya kesempatan.
"Lalu mana tugasmu ?" Tanya Kartono sambil menengadahkan tangannya meminta tugas yang telah dijanjikan Ferdy.
Ferdy baru menyadari, Ia menjatuhkan lembaran-lembaran tugasnya di lantai ruang jurusan. Ferdy panik.
"Ini tugasnya Pak, " Suara Sekti menyelamatkan Ferdy dari kepanikan. Ia datang disaat yang tepat.
Pak Kartono diam sejenak.
"Baiklah, kamu bisa tenang sekarang. Kalau bukan karena melihat kegigihanmu, mungkin saya tidak bisa memaafkanmu." Kata Pak Kartono.
"Terima kasih Pak, terima kasih banyak." Ucap Ferdy sambil menciumi tangan dosennya.
Satu permasalahan terselesaikan.
"Makasih ya Sekti, kalo kamu nggak datang tadi, aku nggak tau lagi harus bilang apa sama Pak Kartono." Kata Ferdy.
"Sama-sama.. Lain kali bilang dulu kalo mau pergi. Ok.."
Keduanya tersenyum, lega rasanya, keyakinan serta usaha yang sungguh-sungguh telah membawa mereka pada kepuasan hasil.
Sekti menengadah ke langit. Ya Rabb, terima kasih atas segala kemudahan ini.
@sf@
Ferdy memacu motornya dengan tenang. Ia hendak mencari ketenangan, dan Ia telah menemukan dimana ketenangan itu berada. Disisi Tuhanlah hatinya akan merasa tenang, hidupnya tentram, dan jiwanya menjadi terang.
Panti Asuhan Karomah.
Tempat yang Ferdy tuju. Ia memarkirkan motornya dihalaman Panti, disamping lapangan sepak bola. Tampak anak-anak seusia sekolah dasar sedang bermain disana. Matanya memandang satu per satu wajah anak-anak itu, apakah seperti ini kehidupanku dulu ? batin Ferdy.
“Lihat ! kakak itu bawa hadiah ...” Pekik salah seorang anak membuyarkan lamunan Ferdy. Tanpa dikomandoi lagi anak-anak itu langsung menyerbu kantong yang dibawa Ferdy.
Ferdy sengaja berkunjung ke Panti Asuhan Karomah, untuk mencari tahu jati dirinya. Menurut keterangan Bi Inah, dulu kedua orang tua Ferdy menemukan Ferdy tengah terduduk lesu di pinggir jalan sambil memeluk lutut, kedinginan. Ferdy ternyata anak yang tinggal di Panti Asuhan Karomah ini, tersesat tak menemukan jalan pulang setelah bermain di luar.
“Pada saat itu, ada sepasang suami istri yang belum memiliki keturunan padahal mereka telah 10 tahun menikah. Mereka berniat mengadopsi seorang anak dari Panti.” Tutur Ibu Ningsih, sang pengelola Panti.
“Sebenarnya adik ini dari mana ? kenapa menanyakan perihal Pak Heru dan istrinya ?” Tanya Ibu Ningsih usai bercerita.
“Saya... Anak yang mereka adopsi 20 tahun lalu Bu.” Ucap Ferdy.
“Masya Allah, jadi ini kamu,, Ya Allah, sudah besar ya sekarang...dulu kamu masih piyi 1 ” Kata Ibu Ningsih sambil memeluk Ferdy.
Ibu Ningsih berkali-kali memandang wajah Ferdy dan mengusap-ngusap kepalanya dengan lembut. Tak percaya, anak yang dahulu bocah2 kecil kini sudah tumbuh dewasa.
Percakapan mereka terhenti kala kumandang adzan menggema.
“Karena sudah adzan, kita solat dulu saja ya Nak,” Ucap wanita paruh baya yang biasa disapa Bu Ning itu.
“Sholat ?” Tanya Ferdy.
“Iya, Nak Ferdy sholat juga kan ?” Bu Ning bertanya heran.
“Saya tidak bisa sholat Bu, saya... beragama Kristen.” Jelas Ferdy. Matanya mulai berkaca.
Ibu Ning terdiam sejenak. Ribuan butiran air siap membanjiri pipinya.
“Maaafkan Ibu Nak, dulu Ibu membiarkanmu di adopsi oleh keluarga Pak Heru yang beragama Kristen, sehingga kamu ikut beragama Kristen. Sekali lagi maafkan Ibu ya Nak..” Kata Bu Ning menyesal. Keduanya menangis.
“Setiap mendengar adzan saya selalu ingat seperti pernah mendengarkan lantunan yang sama, tapi saya lupa dimana. Ternyata saya memang dilahirkan bukan sebagai seoarng kristiani. Dan saya mendengar lantuna adzan itu di Panti ini. Sekarang saya ingat Bu, dulu saya bermain-main di lapangan samapai maghrib tiba. Dan kami berbondong-bondong menuju masjid untuk menunaikan solat. Ternyata benar saya seorang Muslim..” Ujar Ferdy. Air matanya tak terbendung. Keduanya berpelukan dalam keharuan.
“Mari Nak, kita kembali pada yang memiliki panggilan itu. Kita sholat. “
Disaksikan oleh seluruh penghuni Panti Asuhan beserta tokoh masyarakat setempat, Ferdy mengikrarkan kalimat tauhid, dua kalimat syahadat. Kebahagiaan menyelimuti hati setiap orang yang menyaksikan keislaman Ferdy, begitupun Ferdy. Ia seolah lahir kembali ke dunia, sebagai seorang Muslim. Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, Ferdy solat berjama’ah maghrib dengan penuh kekhusu’an. Meski belum ingat bagaimana caranya solat, Ia tetap merasakan sentuhan tangan Allah memeluk hatinya.
@sf@
“Assalamu’alaikum..” Sebuah salam terdengar dari luar. Ada tamu rupanya.
“Wa’alaikum salam..” Jawaban dari dalam rumah.
Sekti terdiam sejenak memandang orang di hadapannya. Siapa ?
“Cari siapa ya ?” Tanya Sekti ragu-ragu.
“Ini Aku Sekti..”
Sekti memandanginya lagi. Matanya melebar, dan senyumnya terkembang.
“FERDY..!!” Pekik Sekti.
“Bener ini kamu ??” Tanya Sekti tak percaya.
“Iya, ini Aku. Ferdy. Aku ganteng nggak ?” Kata Ferdy tersipu malu sambil membetulkan posisi kopiahnya.
“Hahaha.. tentu saja ganteng. Kamu..udah...”
“Iya. Aku udah kembali.. “
Keduanya berpandangan haru, mata mereka berkaca-kaca.
“Asyhadu allaa ilaa haillallah, wa asyhadu anna muhammadar rasulullah..” Ferdy melafalkan kembali dua kalimat syahadat dengan fasih, suaranya bergetar menahan tangis.
“Subhanallah, walhamdulillah, wa laa ilaa ha illallah..wallahu akbar.” Sekti tak berhenti bertasbih, tahmid, dan takbir mengucap syukur atas keagungan Allah subhanahu wata’ala. Harapannya melihat sahabatnya memeluk Islam terkabul juga. Alhamdulillah...
Manusia terlahir dari ketiadaan, dan akan kembali pada ketiadaan. Manusia hanya memiliki kekosongan, namun apakah kita hanya akan kembali dengan kekosongan pula ? tentu tidak. Sesungguhnya manusia terlahir dalam keadaan fitrah (Islam). Dan dengan fitrah itulah manusia akan kembali padaNya.
-S E K I A N-
Langganan:
Postingan (Atom)